ALUTSISTA ARDAVA BERITA HANKAM CAKRA 401 SUBMARINE DEFENSE STUDIES INDO-DEFENSE INDONESIA DEFENSE INDONESIA TEKNOLOGI RINDAM V BRAWIJAYA THE INDO MILITER
Formil MIK Formil Kaskus Formil Detik.COM
PT.DI LAPAN LEN NUKLIR PAL PINDAD RADAR RANPUR ROKET RUDAL SATELIT SENJATA TANK/MBT UAV
TNI AD TNI AL TNI AU
HELIKOPTER KAPAL ANGKUT KAPAL INDUK KAPAL LATIH KAPAL PATROLI KAPAL PERANG KAPAL PERUSAK KAPAL SELAM PESAWAT TEMPUR PESAWAT ANGKUT PESAWAT BOMBER PESAWAT LATIH PESAWAT PATROLI PESAWAT TANKER
KOPASSUS PASUKAN PERDAMAIAN PERBATASAN
  • PERTAHANAN
  • POLRI POLISI MILITER
  • PBB
  • NATO BIN DMC TERORIS
    AMERIKA LATIN AMERIKA UTARA BRASIL USA VENEZUELA
    AFGANISTAN ETHIOPIA IRAN ISRAEL KAZAKHTAN KYRGYZTAN LEBANON LIBYA MESIR OMAN PALESTINA TIMUR TENGAH YAMAN
    ASEAN AUSTRALIA Bangladesh BRUNAI CHINA INDIA INDONESIA JEPANG KAMBOJA KORSEL KORUT
    MALAYSIA Selandia Baru PAKISTAN PAPUA NUGINI Filipina SINGAPURA SRI LANGKA TAIWAN TIMOR LESTE
    BELANDA BULGARIA INGGRIS ITALIA JERMAN ROMANIA RUSIA UKRAINA
    MIK News empty empty R.1 empty R.2 empty R.3 empty R.4

    ATTENTION


    PERHATIAN

    "Bagi Sobat Readers ingin mempublikasikan kembali tulisan ini di website atau blog Sobat Readers, mohon cantumkan link aktif artikel yang bersangkutan termasuk semua link yang ada di dalam artikel tersebut Atau Silahkan Hubungi Admin Melalui Chat Box/Shout Box/E-mail yang tertera di bawah .

    ADMIN
    steven_andrianus_xxx@yahoo.co.id

    Kategori »

    INDONESIA (4794) TNI (1147) ALUTSISTA (984) TNI AL (721) TNI AU (694) Pesawat Tempur (684) USA (597) Industri Pertahanan (564) PERBATASAN (447) KOREA (400) Kerja Sama (400) RUSIA (382) Teknologi (315) TNI AD (306) Kapal Perang (281) Pesawat Angkut (276) Anggaran (249) PERTAHANAN (235) CHINA (232) MALAYSIA (225) Tank (218) DI (210) Kapal Selam (201) Rudal (165) Helikopter (159) Pindad (145) KORUT (140) ASEAN (127) POLRI (126) Kapal Angkut (119) DMC (114) AUSTRALIA (107) PAL (106) Kapal Patroli (99) EROPA (98) Senjata (94) Pesawat Latih (93) TIMTENG (93) UAV (87) Nuklir (84) Pasukan Perdamaian (84) Teroris (83) ISRAEL (81) Radar (75) Kopassus (74) SINGAPORE (74) INDIA (72) IRAN (71) Ranpur (70) Africa (69) Roket (67) JAPAN (60) INGGRIS (59) LAPAN (59) PBB (59) jerman (57) Pesawat Patroli (56) LEBANON (55) Satelit (54) kapal latih (47) PRANCIS (45) BELANDA (41) THAILAND (36) BRAZIL (35) Philippines (35) TAIWAN (35) TIMOR TIMUR (31) VIETNAM (29) Inteligen (27) NATO (25) BRUNEI (24) Korvet (22) LIBYA (22) PAKISTAN (22) PALESTINA (21) Amerika Latin (16) KAPAL INDUK (16) English News (15) PAPUA NUGINI (15) BIN (14) ITALIA (14) VENEZUELA (14) KAMBOJA (13) ASIA (12) AFGANISTAN (11) POLANDIA (11) PT. LEN (9) Pesawat Bomber (9) Frigates (8) UKRAINE (7) Amerika Utara (6) Kapal Perusak (6) Berita Foto (5) Georgia (5) UEA (5) YAMAN (5) EGIPT (4) New Zealand (4) Pesawat Tanker (4) SRI LANKA (4) BANGLADESH (3) BULGARIA (3) YUNANI (3) HAITI (2) KAZAKHTAN (2) Polisi Militer (2) ROMANIA (2) \ (1)

    Total Pageviews

    Berita Terpopuler

    Powered by Blogger.

    Saturday, October 22, 2011 | 9:05 AM | 0 Comments

    Rilis Bentuk Terbaru KF-X Dalam Seoul Air Show 2012


    Seoul (MIK/WDN) - Dalam sebuah seminar yang diadakan di Seoul Air Show, pejabat pemerintah Korsel menjelaskan strategi dan rencana KF-x menggunakan dua mesin dan berkemampuan siluman dengan berdasarkan desain untuk melakukan manuver, kecepatan dan jangkauan diatas F-16 dan Dibawah F-15.

    Korsel ingi mengembangkan KF-X selama 9 tahun kedepan dan akan diproduksi massal pada tahun 2020. Indonesia telah bergabung dengan program ini, dan masih melakukan pembicaraan dengan Turki yang masih berlangsung saat ini.

    Jika pengembangan pesawat tempur siluman barunya tidak cukup melakukan tantangan yang ada maka Korsel akan membekali KF-X dengan senjata terbaru, termasuk rudal buatan lokal AIM-9 Sidewinder, AIM-120 AMRAAM, bom dan rudal anti kapal. Pejabat Korsel secara optimis juga telah merilis perkiraan anggaran pengembangan KF-X sekitar $ 5 Milyar.

    KF-X sebelum menggunakan desain ber-carnad, namun konsep telah dirilis berbeda dengan dipresentasikan. Sebaliknya KF-X tampak seperti pesawat tempur konvensional lainnya. Ini tampak seperti varian dua mesin F-35. Ini merupakan visi Korsel untuk membangun KF-X. Eurofighter sendiri telah memberikan alternatif desain untuk KF-X.

    Sumber : FG/MIK/WDN

    Baca Juga

    HUD Cockpit KF-X Di Seoul Air Show 2011



    terselip antara booth pameran Samsung Thales terdapat sebuah ruangan kecil yang bertuliskan "Tampilan pesawat Generasi berikutnya". Di dalamnya terdapat demostrasi kokpit dan merupakan kunci petunjuk pesawat KF-X Stealth. Seorang petugas yang dapat berbahasa inggris hanya menjelaskan sedikit tentang kokpit tersebut dia menjelaskan kalau kokpit ini digunakan KF-16 terbaru. Tapi ada yang aneh yaitu gambar pada layar menunjukkan area yang luas untuk pesawat tempur bercarnad dan menggunakan ekor miring. Kokpit ini adalah konsep buatan lokal yang dikembangkan untuk pesawat tempur Korsel yang diharapkan dapat dikembangkan pada tahun 2020.

    Sumber : FG/WDN/MIK

    Readmore --> Rilis Bentuk Terbaru KF-X Dalam Seoul Air Show 2012

    TNI AU Anggap Kemampuan C-27 Spartan Lebih Unggul Daripada NC-295

    (Foto: Antara)

    Jakarta - Terkait dengan penggantian pesawat angkut Fokker 27, TNI Angkatan Udara telah mencoba dua macam pesawat. Hingga saat ini, C-27 Spartan dianggap lebih unggul dibandingkan dengan Casa 295.

    ”Walau begitu, keputusan akhir tetap di Kementerian Pertahanan karena ada unsur PT Dirgantara Indonesia (DI),” kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Azman Yunus dalam kunjungan ke harian Kompas, Jumat (21/10).

    Dia mengharapkan PT DI bisa memenuhi kebutuhan operasi dari TNI AU. Pesawat angkut yang nanti dibeli pemerintah juga diharapkan bisa menangani kebutuhan angkut lebih daripada Fokker 27.

    Azman memaparkan, ada dua opsi yang dievaluasi TNI AU berkaitan dengan penggantian Fokker 27 yang akan segera habis masa pakainya. Opsi itu adalah C-27 buatan Spartan dari Italia dan C-295 dari Airbus Military.

    Menurut penelusuran Kompas, C-27 dengan daya angkut 10 ton bisa menempuh jarak 1.000 mil dengan kecepatan 300 km per jam. Adapun C-295 memiliki daya angkut 6 ton dengan jarak tempuh 1.000 mil dengan kecepatan 200 km per jam. Harga C-27 mencapai 42 juta dollar AS, sedangkan harga C-295 sebesar 31 juta dollar AS.

    Baru-baru ini, Airbus Military bekerja sama dengan PT DI untuk perakitan C-295 dan pemasaran di kawasan Asia Pasifik. Dirut PT DI Budi Santoso mengatakan, dari rencana perakitan sembilan pesawat C-295, tiga akan dikerjakan di Spanyol, tiga di Indonesia, dan tiga lagi ditentukan kemudian. ”Waktu delivery-nya 2014,” kata Budi.

    Sementara itu, sejumlah pesawat tempur dan persenjataan baru TNI AU akan mulai tiba awal tahun 2012. Satu skuadron pesawat tempur Super Tucano yang terdiri atas 16 pesawat akan datang pada Maret 2012 sebagai pengganti OV-10 Bronco yang di antaranya untuk mengawal perbatasan.

    Pesawat tempur lain yang didatangkan adalah 24 pesawat tempur F-16 Fighting Falcon varian A/B yang akan ditingkatkan kemampuannya.

    Sumber : KOMPAS
    Readmore --> TNI AU Anggap Kemampuan C-27 Spartan Lebih Unggul Daripada NC-295

    Friday, October 21, 2011 | 7:41 PM | 0 Comments

    TNI AU Butuh Armada Pesawat Amfibi

    Pesawat Amfibi Milik TNI AU.

    Jakarta - Indonesia membutuhkan pesawat amfibi untuk menjangkau daerah terpencil dan menangani keadaan darurat.

    Kepala Sub Dinas Penerangan Umum TNI AU Kolonel (Pnb) Agung Sasongko Djati, seusai kunjungan di harian Kompas, Jumat (21/10/2011), mengatakan, pada masa silam TNI pernah mengoperasikan pesawat amfibi yang kerap digunakan dalam acara kenegaraan untuk menjangkau daerah terpencil.

    "Dulu kita punya pesawat PBY Catalina dan beberapa jenis lainnya. Sekarang sudah tidak ada lagi," kata Agung yang memiliki call sign penerbang "Sharky".

    Penerbang F-16 itu menceritakan, sejumlah danau dan perairan di Indonesia pernah menjadi pangkalan pesawat amfibi. Sayang, sebagian dari danau tersebut sudah rusak dan mengalami pendangkalan.

    Menurut dia, idealnya negara kepulauan seperti Indonesia memang memiliki pesawat amfibi yang dapat digunakan menjangkau daerah terisolasi, terutama dalam situasi tanggap darurat dan memantau daerah perbatasan.

    Semasa zaman Hindia Belanda, Danau Pangalengan, Danau Bagendit, hingga perairan dekat Bandar Lampung (dulu Oost Haven) menjadi pangkalan utama pesawat amfibi Catalina dan Dornier.

    Demikian pula pada masa pendudukan Jepang, dioperasikan pesawat amfibi milik Jepang dan Luchtwaffe (Angkatan Udara Jerman). Pada tahun 1980-an, TNI sudah tidak memiliki skuadron pesawat amfibi yang sempat dimiliki oleh TNI AU dan TNI AL.

    Sumber : KOMPAS
    Readmore --> TNI AU Butuh Armada Pesawat Amfibi

    KSAL Ikut Ujicoba Prototipe LCU Di Kolinlamil

    Jakarta – Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno, S.E. onboard di landing craft unit (LCU) dengan mesin pendorong water jet yang dibuat dengan peruntukan kapal perang jenis landing platform dock (LPD) yang diujicobakan di Kolinlamil, Jumat (21/10).

    Pada kegiatan uji coba tersebut, turut onboard di dalam LCU Asrena Kasal Laksda TNI Sumartono, Aspam Kasal Laksda TNI Ir. Putu Yuli Adnyana, Asops Kasal Laksda TNI Hari Bowo, M.Sc., Pangarmatim Laksda TNI Ade Supandi, S.E., Pangkolinlamil Laksda TNI Agung Pramono, S.H., M.Hum., Dankormar Mayjen TNI (Mar) Alfan Baharudin, Kadismatal, Kadisadal, Kadislaikmatal, Kasarmabar, Kaskolinlamil serta Danlantamal III.

    LCU yang diujicobakan merupakan prototype LCU produksi dalam negeri yang akan dipesan oleh TNI AL dan direncanakan akan ditempatkan di empat kapal perang jenis LPD milik TNI AL dengan berbagai kelebihan diantaranya menggunakan mesin pendorong water jet sehingga mampu bermanuver di area yang relatif sempit, dapat dioperasikan di perairan dangkal, daya angkut 100 pesonel atau 26 ton, kecepatan kosong 40 knots per mil laut/Nautical Mil, sedangkan kecepatan maksimum 28 knots, tidak bising, minim getaran, terbuat dari aluminium

    Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk melihat kemampuan yang dimiliki LCU propullsion water jet dan untuk menampung berbagai masukan guna penyempurnaan LCU yang akan dibuat untuk kapal LPD TNI AL sehingga dapat dioptimalkan penggunaannya dalam pelaksanaan operasi sesuai kebutuhan TNI AL selaku pengguna.

    Sumber : POS KOTA
    Readmore --> KSAL Ikut Ujicoba Prototipe LCU Di Kolinlamil

    Korsel Tertarik Membangun Industri Senjata Di Babel

    Bangka - Pengusaha asal Korea tertarik berinvestasi di babel. Ketertarikan mereka adalah limbah timah yang bisa dikembangkan sebagai bahan baku senjata.

    Demikian disampaikan pengusaha muda asal Babel, Hernu Grandi kepada bangkapos.com belum lama ini. Hernu mengatakan pihak Korea tertarik berinvestasi dengan bahan baku limbah timah di Babel. Limbah timah tersebut akan dikembangkan untuk bahan baku senjata bagi Korea.

    "Pihak Korea tertarik untuk mengembangkan industri dibidang limbah timah. Dengan limbah timah itu mereka berencana akan membangun industri persenjataan di Babel," kata Hernu.

    Namun, hal itu haru melalui berbagai proses. Salah satunya melalui taekwondo. Ia juga perlu menggaet TNI dalam pembangunan industri ini.

    Sumber : Tribunnews
    Readmore --> Korsel Tertarik Membangun Industri Senjata Di Babel

    English News : Tech transfer vital for fighter jet project

    Seoul - Foreign competitors ndicate willingness to help Korea acquire combat aircraft technology

    Attention is being drawn to what technology foreign competitors can offer for South Korea’s next generation fighter procurement.

    Under the “FX-III” project, the Seoul government plans to purchase a high-end fleet of about 60 fighter jets with a budget of around 8.3 trillion won ($7.3 billion), seeking to deploy them from 2016.

    At the same time, it has been pursuing the KF-X project with a budget of 11.1 trillion won since 2000 to replace its aging F-4 and F-5 fighter jets with KF-16-class indigenous combat aircraft. For this, Korea needs outside technological support.

    Lockheed Martin’s F-35 Lightning II, Boeing’s F-15 Silent Eagle and the Eurofighter Typhoon made by European Aeronautic Defense and Space Company N.V. are cited as the likely candidates for the FX-III project.

    The Seoul government is expected to choose one of them around next October, officials said.

    “Technology transfer may be one of the major issues the government will take into account in selecting the final candidate for the project,” a government official said, declining to be named.

    The KF-X project, which Korea has sought to pursue with Indonesia and possibly other partners such as Turkey, is crucial for several reasons, experts said.

    Given that the life span of a fighter jet is around 30 years, they said it would be much cheaper to secure technology to build fighters indigenously than buying foreign jets to replace old ones. They also noted that the maintenance costs for home-built aircraft would be much lower.

    The European firm has shown willingness to share its technology with Korea.

    “We are willing to offer ... FX-technology transfer, which can be used for the KF-X indigenous development in substantially reducing the latter’s development cost,” Peter Maute, senior vice president of Cassidian Air Systems, a division of EADS, told Korean reporters earlier this month.

    “In summary, we want to sell the Eurofighter, import the KF-X and cooperate with the Korean industry and authorities. We are willing to support Korea to achieve self-reliance.”

    Lockheed Martin and Boeing, both U.S. defense firms, also indicated their intention to help Korea acquire technology to build combat aircraft.

    “The F-35 global manufacturing approach provides high confidence that a robust industrial package can be offered to Korea,” Randall L. Howard, senior director of F-35 Campaign Lead-Korea at Lockheed Martin, told The Korea Herald.

    “Lockheed Martin understands the importance of technology transfer and industrial participation to the growth of Korea’s aerospace industry. We have a long-standing partnership with Korea’s world-class defense industries on programs. We look forward to continuing this partnership through the F-35 program.”

    Highlighting its long history of working with the Korean industry, Boeing also showed its willingness to contribute to South Korea’s technological development.

    “The Boeing Company is uniquely positioned to offer Korea a broad spectrum of technologies built on our expertise garnered from our defense, commercial and space business units,” said Howard Berry of the FX-III Campaign Lead, Boeing Defense, Space and Security.

    “Boeing has a proven track record of meeting our commitments. We will continue to meet those commitments in the future as we partner with the Korean industry in their pursuit of continued expansion and evolution.”

    More than all other features, what Seoul is looking for in the F-X project is stealth technology.

    In this regard, experts say the F-35 is ahead of the others as it is built from the beginning as what Lockheed Martin calls an “all-aspect stealthy fifth-generation” fighter.

    But rising costs and delays in its development have apparently sapped confidence in the massive program to make the new radar-evading fighter that involves nine countries including the U.S.

    Boeing has focused on its fighter jet’s cost-effectiveness and “tactically useful” radar cross section reduction, pointing out that it would still retain the F-15’s long-range, large payload capabilities.

    But critics here doubt the stealth capabilities of the F-15SE ― calling it a “semi-stealth jet” compared with the F-35 ― as it is being developed on the basis of the non-stealth concept of the fourth-generation fighter jet.

    The Seoul government has recently begun moving faster to secure stealth fighters as calls have persisted for the military to acquire strategic precision-guided weaponry that can deal with asymmetrical threats from the North.

    It also wants to keep pace with neighboring countries such as Japan and China that have sought to develop their own stealth aircraft.

    Source : The Korea Herald
    Readmore --> English News : Tech transfer vital for fighter jet project

    "Soft Power" Dan Masa Depan Industri Strategis Indonesia

    Jakarta - Komisi VI DPR menyetujui alokasi dana sebesar Rp3 triliun pada APBN 2012 untuk mengembangkan industri strategis.

    Dana berupa Penyertaan Modal Negara (PMN) itu sebanyak Rp1 triliun dialokasikan bagi PT Dirgantara Indonesia, sedangkan sisanya diperuntukkan bagi empat BUMN lainnya seperti PT Pal Indonesia, PT Pindad, PT Merpati Nusantara dab PT Industri Kapal Indonesia. Masing-masing BUMN "strategis" itu kebagian sekitar Rp500 miliar.

    Sementara, Perum Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara yang juga berada di bawah koordinasi Deputi Menteri BUMN bidang Industri Strategis terancam tidak mendapat dana PMN.

    Konon tidak dialokasikannya dana PMN untuk Perum Antara, karena kantor berita nasional yang didirikan oleh para pendiri bangsa itu dianggap "bukan industri strategis" atau "belum betul-betul strategis".

    Inilah salah kaprah dalam membaca masa depan industri strategis. Pengalokasian dana PMN tersebut jelas menunjukkan bahwa kita masih melihat dan mengutamakan industri strategis itu sebagai "hard power", dan bukan sebagai "soft power".

    Padahal, masa depan industri strategis terletak bukan lagi pada kekuatan militer dan senjata, tetapi kepada kekuatan penguasaan informasi dan penyebarluasan ide, gagasan, nilai-nilai, dan kebudayaan.

    Guru Besar Ilmu Politik Internasional dari Universitas Harvard Joseph S. Nye Jr membedakan antara kekuatan keras ("hard power") dan kekuatan lembut ("soft power"). "Hard power" adalah kekuatan memaksa pihak lain untuk mengikuti keinginan kita dengan kekuatan senjata. Sedangkan "soft power" adalah kekuatan untuk menarik pihak lain untuk mengikuti keinginan kita dengan sukarela tanpa paksaan dan tekanan.

    Nye mengatakan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku pihak lain sesuai kemauan kita. Ada sejumlah cara untuk mempengaruhi perilaku pihak lain. Kita bisa memaksa mereka dengan ancaman. Kita bisa membeli pengaruh dengan memberi bantuan. Atau kita bisa menarik dan mengkooptasi mereka.

    Kadang-kadang kita bisa mempengaruhi perilaku orang lain tanpa memerintahkannya sama sekali. Jika orang percaya bahwa tujuan kita benar, maka kita bisa mempengaruhi pihak lain tanpa ancaman atau bujukan dan pemberian bantuan.

    Sebagai contoh, Muslim radikal tertarik dengan Osama bin Laden bukan karena ancaman atau bujukan, tapi mereka percaya apa yang diperjuangkan Obama itu benar.


    "Hard power" telah gagal

    Satu hal yang tidak dimengerti AS adalah fakta bahwa negeri itu merupakan satu-satu adidaya di dunia pada 2001, namun AS tidak berdaya mencegah serangan 11 September. Artinya: kekuatan militer, kekuatan senjata, yang disebut sebagai "hard power", telah gagal untuk membendung kebencian terhadap bangsa Amerika.

    Oleh karena itu, setelah 9/11 banyak pihak menoleh pada kekuatan non-militer dan non-persenjataan untuk bisa meredam permusuhan terhadap AS. Para pengambil kebijakan dan para pakar kemudian mencari cara tidak langsung agar pihak-pihak yang memusuhi AS bisa dikooptasi.

    Cara tidak langsung itu sering disebut sebagai "wajah lain dari kekuatan", bukan yang keras, tapi yang lembut.

    Sebuah negara bisa memberi pengaruh di dunia untuk mengikutinya karena negara-negara lain memuja nilai-nilai, karakter, dan budayanya yang dianggap ideal dan menarik untuk diteladani. Itulah yang kemudian dikenal sebagai "soft power", yakni bagaimana pihak lain mengikuti apa yang kita inginkan dengan cara mengkooptasi mereka dan bukannya dengan memaksa mereka.

    Pada era globalisasi sekarang ini peran "soft power" makin meningkat ketimbang "hard power". Siapapun yang ingin memenangi abad informasi harus memiliki dan menguasai berbagai macam saluran komunikasi untuk membantu mengemas isu dan mengembangkan agenda.

    Informasi adalah kekuatan dan saat ini sebagian besar masyarakat sudah mendapat akses terhadap kekuatan itu. Kemajuan teknologi membawa kepada pengurangan yang dramatik dari biaya tranmisi informasi. Komunikasi dan informasi menjadi murah dan terjangkau. Akibatnya terjadi ledakan informasi dan melahirkan apa yang disebut "paradox of plenty".

    Manakala masyarakat dibanjiri informasi yang melimpah ruah, mereka sulit untuk fokus. Informasi melimpah ruah namun perhatian malah yang kini menjadi susah dan langka. Mereka yang bisa membedakan mana informasi yang bernilai dari riuh rendahnya informasi sampah, maka dialah yang memperoleh kekuatan.

    Pada titik itu, maka peran dari kantor berita Antara yang bisa memilah informasi yang bernilai dari sampah informasi yang membludak menjadi sangat penting.

    Selama ini kita menjadi bangsa yang gaduh dan ribut. "Agenda setting" media dan ruang publik didominasi oleh aktor-aktor yang tidak selalu sejalan dengan kepentingan nasional. Media cetak, online, radio dan televisi riuh rendah mengangkat persoalan-persoalan yang sepertinya masalah besar, genting dan krusial, namun tidak menyentuh kepentingan rakyat di berbagai peloksok Tanah Air.

    Kita menjadi bangsa yang senang memperolok pemimpinnya sendiri, menghujat lembaga-lembaga negara, mengatakan kejaksaan, kepolisian, pengadilan sebagai bobrok dan tidak dipercaya. Kalau rakyat tidak percaya lagi kepada pemerintah, DPR, pengadilan atau KPK, mau jadi bangsa apa kita. Mungkin saja ada pejabat yang korupsi, hakim yang disuap, atau jaksa yang dibeli. Tapi masih banyak pejabat, hakim dan jaksa yang bersih namun itu tidak diceritakan sehingga masyarakat menggeneralisir.


    Antara adalah soft power

    Di sinilah letak penting Kantor Berita Antara untuk menceritakan yang tidak diceritakan. Di sinilah strategisnya Kantor Berita Antara untuk menyampaikan apa-apa yang sudah dicapai dan belum dicapai oleh semua pemangku kepentingan negara ini dari mulai eksekutif, legislatif dan yudikatif.

    Sebaliknya juga mendengar dan melaporkan apa yang hidup dalam suasana kebatinan masyarakat, apa kebutuhan mereka, masalah mereka, aspirasi mereka.

    Disitulah letak strategisnya Kantor Berita Antara sebagai "soft power" yang bisa menjembatani hubungan antar lembaga negara, pemerintah dan rakyat, menjaga kohesi bangsa, persatuan dan kesatuan. Dengan menyajikan informasi berita teks, foto, video dengan titik pandang kepentingan nasional dan NKRI sebagai harga mati.

    Sebagai kantor berita nasional, kebijakan redaksi Kantor Berita Antara adalah "mission-driven", yaitu Antara akan menyiarkan kabar baik, tapi bukan yang baik-baik saja.

    Jadi, mengabaikan peranan Kantor Berita Antara sebagai industri strategis adalah sebuah kekeliruan. Kantor Berita Antara adalah kekuatan lembut yang makin penting peranannya di masa kini dan masa depan.

    Dahulu kekuatan politik di dunia didasarkan pada hukum besi bahwa siapa yang kuat secara militer dan ekonomi dia yang menang. Kini, pertarungan politik di abad informasi akan didasarkan pada hukum besi: cerita siapa yang menang. Pendek kata, di abad informasi "soft power" lebih efektif daripada "hard power"!

    Kekuatan militer dan senjata AS memang bisa malang melintang menyerang Afghanistan dan Irak. Tapi justru "hard power" tersebut membuat kekuatan lembut AS (nilai-nilai, karakter, budaya) yang disebut "soft power" itu anjlok.

    AS menjadi negara yang paling dibenci dan paling banyak menjadi sasaran teroris.

    Inilah paradok kekuatan Amerika Serikat. Kekuatan militernya sudah tidak dipertanyakan lagi: pasukan AS digelar di 130 negara di seluruh penjuru dunia. Tidak ada kekuatan tentara lain yang berani menantang untuk perang dengan AS. Namun, sejalan dengan kekuatan militer AS yang terus meningkat, kemampuan AS untuk memberikan pengaruh justru pada titik paling nadir di banyak bagian dunia, bahkan di negara-negara sekutunya sendiri.

    Untuk mengoreksi kesalahannya tersebut, kini AS berpaling mengembangkan kekuatan lembutnya. Jika AS merombak kebijakannya dari "hard power" ke "soft power", mengapa Indonesia justru lebih mengembangkan "hard power" ketimbang "soft power"-nya.

    Terakhir, saya ingin mengutip kata-kata bijak dari Joseph S. Nye Jr berikut ini: "Pemimpin harus membuat keputusan krusial mengenai tipe kekuatan yang mereka gunakan".

    Dalam berbagai kesempatan, futurolog ini selalu mengatakan: "Ini eranya soft power bung!".

    Sumber : Harian Analisa
    Readmore --> "Soft Power" Dan Masa Depan Industri Strategis Indonesia

    Thursday, October 20, 2011 | 12:59 PM | 1 Comments

    Lubang Besar di Nunukan Ternyata Bekas Ledakan Bom TNI AL

    Nunukan - Terjawab sudah pertanyaan mengenai bunyi ledakan keras pada Selasa (18/10/2011) dan Rabu subuh kemarin serta ditemukannya kubangan berdiameter sekitar dua meter di sekitar Pantai Ruko Tanah Merah, Kecamatan Nunukan.

    Wakil Asisten Pengamanan KASAL Laksamana Pertama TNI Agus Heriyana menjelaskan, bunyi-bunyian itu berasal dari bom milik TNI yang sedang melakukan latihan. Sementara kubangan merupakan efek bom dari kegiatan yang dilaksanakan di Tanah Merah.

    Dua ledakan masing-masing terjadi di Pulau Nunukan pada pukul 21.00 Selasa malam di sekitar Tanah Merah sementara satu ledakan yang lebih kecil terjadi pukul 05.00 Rabu subuh di Sedadap. Sementara di Pulau Sebatik kemarin terjadi tiga kali ledakan di darat dan sekali di laut antara pukul 16.00 hingga pukul 17.00 sore.

    Saat memberikan keterangan pers di Restoran Bambu Kuning hari ini, Agus menjelaskan, sejak 12 hingga 22 Oktober, TNI AL menyelenggarakan latihan intelijen terpadu di wilayah perairan perbatasan Kalimantan Timur. Latihan tersebut merupakan realisasi dari kebijakan strategi Kasal 2011 bidang intelijen untuk meningkatkan profesionalisme SDM intelijen TNI AL.

    "Di mana dalam latihan ini selain melibatkan personel intelijen, juga mengikutsertakan pasukan elit TNI AL Denjaka, Satkopaska dan Taifib yang memiliki kemampuan-kemampuan khusus," ujar Agus yang didampingi Kepala Dinas Pengamanan AL Laksamana Pertama TNI Teguh P, Danlanal Nunukan Letkol Laut (P) Eko V dan Komandan Latihan Letkol Laut Dedi.

    Tujuan dari latihan intelijen terpadu yang diselenggarakan selama 11 hari tersebut untuk melatih kerjasama sehingga diharapkan memiliki kemampuan interoperability diantara unsur intelijen dengan pasukan khusus TNI AL dalam melaksanakan tugas-tugas khusus seperti aksi sabotase dan spionase.

    Latihan intelijen terpadu ini untuk pertama kali dilaksanakan TNI AL dimana untuk pelaksanaan kali ini Direktur Latihan dipercayakan kepada Laksma TNI Tegus Prihartono yang sehari-hari menjabat sebagai Kepala Dinas Pengamanan TNI AL.

    Sumber : Tribunews
    Readmore --> Lubang Besar di Nunukan Ternyata Bekas Ledakan Bom TNI AL

    Penemu Rada Mini Berkunjung Ke AUU

    Yogyakarta - Akademi Angkatan Udara (AAU) mendapat kehormatan dapat menghadirkan Josaphat Tetuko Sri Sumantyo Ph.D., Penemu Radar Satelit Pengamatan Permukaan Bumi & Pemilik Paten di 118 Negara untuk memberikan ceramahnya ke sejumlah dosen AAU tentang teknologi temuannya yang berbasis microwave remote sensing dan mobile satellite communications di VIP room II Mako AAU, Yogyakarta, Kamis (20/10).

    Josaphat Tetuko Sri Sumantyo telah melahirkan sejumlah antena tipis mikrostrip untuk keperluan mobile satellite communications masa depan yang telah diuji dengan menggunakan Japan Engineering Test Satellite (ETS-VIII). Karya terbaru peraih Ph.D dari Center for Environmental Remote Sensing, Graduate School of Science and Technology, Chiba University, Jepang (1999-2002) ini, adalah circularly polarized synthetic aperture radar (CP-SAR) sensor yang dapat mengatasi kelemahan-kelemahan sensor observasi bumi atau penginderaan jarak jauh pendahulunya. Selain itu, sensor ini mampu menembus awan, kabut, asap, bahkan kelebatan hutan, serta tidak terganggu oleh pengaruh Faraday rotation di lapisan ionosfer dan perubahan posisi platform satellite. yang bisa dipasang pada pesawat tanpa awak bernama Josaphat Experimental Aircraft JX-1 dan microsatellite untuk monitoring permukaan bumi di masa depan.

    AAU yang saat ini sedang merintis satelit dirgantara dan giat melakukan pelibatan dalam uji coba roket sangat berharap kedatangan professor kelahiran Bandung ini, dapat bersinergi bahkan berkolaborasi dalam mengembangkan satelit, roket dan radar mini di samping pengembangkan SDM bidang hi-tech dengan mendidik langsung para dosen AAU seperti yang ia lakukan pada mahasiswa program S-1 hingga S-3 yang berasal dari banyak negara, antara lain Prancis, Korea, Cina, Iran, Mongol, Kenya, Bangladesh, Yordan dan Mesir.

    Didepan Wakil Gubernur Marsekal Pertama TNI Sugihardjo dan para dosen AAU tersebut, pria yang di daulat menjadi visiting professor, adjunct professor dan head division di Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjajaran, Universitas Hasanuddin dan Universitas Gadjah Mada ini mengatakan. ia diberi kepercayaan mendirikan Josaphat Microwave Remote Sensing Laboratory untuk pengembangan sensor-sensor penginderaan jarak jauh bagi dunia, yang mendapat dukungan dari pemerintah dan sejumlah perusahaan Jepang yang diharapkan dapat diikuti dan dikembangkan lagi oleh mahasiswa mahasiswa Indonesia dan scientist AAU dalam bidang teknologi pengideraan.

    Setelah memberi ceramah ilmiah penyandang B.Eng (S-1) dan M.Eng (S-2) dalam bidang rekayasa komputer dan kelistrikan dari Universitas Kanazawa, Jepang (1995 dan 1997) ini, akan mengadakan peninjauan alut sista baik di AAU dan Lanud Adi Sutjipto, serta diupayakan penjajakan yang lebih rinci. Jelas Kol Sus Soepomo, S.IP, MSc.

    Sumber : TNI AU
    Readmore --> Penemu Rada Mini Berkunjung Ke AUU

    PT DI serahkan komponen Airbus A320/A321 Ke 2000

    Bandung - PT Dirgantara Indonesia menyerahkan set yang ke-2.000 untuk komponen Airbus A320/A321.

    Direktur Aerostructure PTDI Andi Alisjahbana mengatakan penyerahan komponen tersebut akan meningkatkan kepercayaan mitra kerja Airbus kepada PTDI.

    “Di sisi lain, juga semakin meningkatkan kemampuan karyawan PTDI karena selama enam tahun telah memberikan sumbangsih yang baik kepada PTDI,” katanya melalui rilis yang diterima bisnis-jabar.com hari ini.

    Sejak 2005, melalui program Paragon, PTDI telah membuat sebagian komponen dari sayap Airbus A320/A321.

    Bagian sayap yang dibuat PTDI adalah pylon assy port/STBD, assy fixed l/edge INBD (D Nose) dan L/E skin assy. Kontrak pembuatan sebagian komponen sayap Airbus A320/A321 ini akan berakhir pada 2015 mendatang.

    Sumber : Tribunnews
    Readmore --> PT DI serahkan komponen Airbus A320/A321 Ke 2000

    Yonkav Kodam VI Direncanakan Diperkuat Leopard 2 MBT

    KODAM VI/MLW - Komandan Kodim 0903/Tanjung Selor Letnan Kolonel Inf Gema Repelita mendampingi Tim dari Markas Besar Angkatan Darat (Mabesad) meninjau rencana pembangunan Batalyon Kaveleri TNI AD di Desa Gunung Sari, Kecamatan Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, Kaltim. Kegiatan peninjauan tersebut berlangsung selama dua hari dari tanggal 17 hingga 18 Oktober 2011.

    Tim dari Mabesad yang melaksanakan kunjungan adalah Kolonel Inf Suyatno Paban III/Binorg Sopsad, Letkol Czi Haryono Pabandya 2/Pangkalan Slogad, Mayor Kav Susanto Kabag Binmat Sdirlitbang Pussenkav dan Mayor Arm I Gusti Agung Putu S, Pabanda Binorg Spaban III Sopsad.

    Selain Dandim 0903/Tsr turut mendampingi Tim dari Mabesad tersebut Kasbrigif 24/BC Letkol Inf ST Agus Santoso. Direncanakan Yonkav Kodam VI/Mlw mulai dibangun tahun 2012 berdampingan dengan Mabrigif 24/BC dan direncanakan menggunakan Ranpur Tank Leopard 2 type Main Battle tank buatan Jerman dengan spesifikasi berat 62,3 ton, panjang 9,97 meter, dan lebar 3,75 meter.

    Sumber : TNI
    Readmore --> Yonkav Kodam VI Direncanakan Diperkuat Leopard 2 MBT

    Wednesday, October 19, 2011 | 9:21 PM | 0 Comments

    Pengamat : Indonesia Harus Aktif Dalam Kaloborasi Industri Pertahanan Se-ASEAN

    Jakarta (MIK/WDN) - Indonesia harus agresif dalam menciptakan Kolaborasi Industri Pertahanan ASEAN dengan tidak membiarkan negara tetangga kita Malaysia yang dominan membuat perencanaan proposal, Kata Andi Widjajanto.

    "Indonesi harus melakukan konsorsium dalam perencanaan kawasan industri pertahanan sehingga tidak didominasi oleh Malaysia," kata pengamat militer UI Andi Widjajanto kepada The Jakarta Post pada hari senin menjelang pertemuan menteri pertahanan Se-ASEAN pekan depan di Bali.

    Dia mengatakan Indonesia dapat mengusulkan untuk memproduksi pesawat angkut dengan Airbus yang telah berjalan atau memproduksi peluncur rudal yang telah dikembangan oleh PT. Pindad dan Perusahaan Belgia yang telah melakukan MoU pada hari senin kemaren.

    "Dalam proposal tersebut kami juga akan menunjukan kalau kita sudah swasembada dalam bidang industri pertahanan," katanya.

    Malaysia telah mengusulkan kepada negara-negara ASEAN untuk memproduksi bersama senjata M4 carbines untuk menggantikan senapan M16, Malaysia sendiri sudah menyiapkan pabrik untuk memproduksi M4.

    Perusahaan Malaysia tersebut telah memperoleh lisensi dari produsen senjata Lockheed Martin, AS.

    Menhan Malaysia Ahmad Zahid Hamidi sebelumnya mengatakan bahwa produksi bersama akan dilibatkan disebatas Malaysia tetapi Indonesia dan Thailand.

    Dia mengatakan bahwa produksi bersama akan menghemat hingga 50 persen dari $ 25 milyar dollar tiap tahunnya sampai 2030, sebagaimana negara-negara ASEAN tidak perlu mengimpor lagi senjata tertentu di luar ASEAN.

    Andi juga mengatakan bahwa memproduksi senjata dalam satu wilayah ASEAN tidak melanggar tujuan dari Komunitas politik dan Keamanan ASEAN, Hal ini dimaksudkan untuk mempromosikan stabilitas dan keamanan, selama senjata yang diproduksi hanya untuk memodernisasi.

    "Malaysia akan memodernisasi senapan M16 yang sudah uzur dengan memproduksi M4. Kita bisa melakukan hal yangsama dengan memproduksi NC-295 untuk mengganti CN-235 yang sudah uzur," Ujarnya.

    Pasar alutsista telah berjalan di antar ASEAN, seperti Singapura mengekspor peluncur roket ke Brunei, LPD ke Thailand dan Artileri ke Indonesia.

    Malaysia juga mengekspor truk militer ke Brunei dan Indonesia mengekspor CN-235 ke Malaysia dan Senapan ke Filipina.

    Menhan Se-ASEAN akan bertemu pada hari senin dalam Rapat Menhan Se-ASEAN di Bali setelah itu akan dilakukan pertemuan antara para pejabat tinggi pada hari sabtu dan pertemuan informal antara mereka dan hari minggunya dijadwalkan bertemu dengan Menhan AS Leon Panetta.

    Para menhan akan membahas sejumlah isu, termasuk keamanan maritim, menanganan bencana, bantuan kemanusiaan, terorisme dan penjaga perdamaian, menurut Kantor berita Antara.

    "Kami juga akan bertemu dengan menhan AS Panetta untuk membahas berbagai isu yang berkaitan dengan stabilitas regional,"kata Hamidi pada hari senini seperti dikutip oleh Antara.

    Andi mengatakan bahwa isu-isu yang mungkin untuk didiskusikan di ADMM dan pertemuan informal Se-ASEAN dan kunjungan menhan AS yang membahas bantuan kemanusiaan dan bantuan bencana, konsorsium industri pertahanan yang telah didengungkan Malaysia dan memprakarsai keamanan maritim oleh masing-masing negara ASEAN sejalan dengan tujuan AS yaitu melawan terorisme.

    Sumber : MIK/WDN/TJP
    Readmore --> Pengamat : Indonesia Harus Aktif Dalam Kaloborasi Industri Pertahanan Se-ASEAN

    General Electric Jalin Kerjasama Dengan PT NTP Untuk Overhoul Mesin CT7 CN 235

    (Foto: The Indonesia Today)

    Jakarta - General Electric dan anak perusahaan PT Dirgantara Indonesia (PTDI), PT Nusantara Turbin dan Propulsi (NTP), menjalin kerja sama perjanjian overhaul support (dukungan menyeluruh). Kerja sama ini untuk mendukung mesin pesawat CT7 yang dipakai pada pesawat turboprop (propeler ganda) CN235.

    Perjanjian yang diteken hari ini memperluas lingkup kerja sama antara GE dan NTP yang sudah terjalin sejak 20 tahun yang lalu terkait program CT7. Nantinya NTP akan melaksanakan jasa overhaul semua mesin CN235, mencakup model CT7-5/CT7-7/CT7-9, baik yang sedang digunakan maupun yang akan diselesaikan di Indonesia.

    GE Aviation akan terus melaksanakan manufaktur, perakitan, inspeksi, dan pengujian mesin CT7-9 untuk order pesawat CN235 di lokasi pabriknya di Lynn, Massachusetts, Amerika Serikat. Pesawat CN235 saat ini diproduksi oleh Airbus Military dan PTDI.

    CEO GE Indonesia, Handry Satriago, mengaku senang bisa memperkuat jalinan kerja sama antara GE dan NTP. “Pengalaman mereka yang telah terbukti dengan mesin kami serta kemitraan dengan para customer yang memakai CN235 merupakan keuntungan tersendiri bagi kami dan para customer kami,” ujarnya.

    Sementara itu, Presiden Direktur NTP Supra Dekanto mengatakan perjanjian ini memastikan dukungan produk yang kuat bagi PTDI dan pesawatnya CN235 dan meneguhkan komitmen NTP dalam memberi dukungan produk bagi mesin pesawat CT7. “Kami berterima kasih pada GE atas dukungannya selama ini, termasuk untuk perakitan mesin CT7 di pabrik NTP di Bandung, Indonesia, dan juga untuk dukungannya bagi perawatan dan overhaul mesin tersebut,” katanya.

    Pesawat bermesin ganda CN235 biasa digunakan dalam pelaksanaan patroli maritim, surveillance (pengawasan) dan juga transportasi udara. Negara-negara yang sudah memakai pesawat CN 235 antara lain Turki, Korea, Malaysia, Pakistan, Spanyol, Prancis, dan Indonesia.

    Mesin pesawat turboprop dengan kekuatan 1900-shaft-horsepower CT7 disertifikasi pada 1983 dan mulai digunakan pada Juni 1984 sebagai mesin bagi pesawat yang melayani penerbangan regional pada pesawat Saab 340. Pada dekade yang sama mesin ini kemudian terpilih untuk pesawat 235 dari CASA/IPTN. Secara keseluruhan, lebih dari 1.200 mesin turboprop CT7 telah dipasang dan digunakan di seluruh dunia.

    Sumber : TEMPO
    Readmore --> General Electric Jalin Kerjasama Dengan PT NTP Untuk Overhoul Mesin CT7 CN 235

    TNI AL Akan Menggelar Operasi Amfibi Di Kaltim

    Surabaya - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut akan menggelar Operasi Amfibi (opsfib) di sekitar daerah Kalimantan Timur dengan sandi “Armada Jaya (AJ) XXX-11”. Rencana serbuan amfibi sedang dibahas secara intensif oleh pejabat dan peserta Ops (AJ) yang bertempat di Gedung Pusat latihan Kapal Perang (Puslatkaprang) Kolat Koarmatim Ujung Surabaya Rabu, (19/10).

    Rapat PengambilanKeputusan (Biltus) militer itu dihadiri oleh Asisten Operasi (Asops) Pangarmatim Kolonel Laut Aan Kurnia S. Sos. Yang menerima paparan dari Komandan KRI Diponegoro-365 Letkol Laut (P) Antonius Widyoutomo mengenai Peraturan Panglima TNI (Perpang TNI) tentang penyelenggaraan kampanye militer serta Surat Keputusan (Skep) Panglima TNI tentang Operasi Gabungan TNI.

    Operasi amfibi akan diselenggarakan selama kurang lebih selama satu bulan mulai tanggal 19 Oktober sampai dengan tanggal 18 November 2011. Rangkaian kegiatan Armada Jaya XXX-11 meliputi Latihan Posko (Latposko) mulai tanggal 31 Oktober Sampai dengan 04 November dan Manuver Lapangan (Manlap) mulai tanggal 07-17 November 2011.

    Peralatan tempur dan pasukan yang terlibat dalam Operasi Amfibi adalah seluruh komponen Sistim Senjata Armada Terpadu (SSAT) TNI AL yang meliputi 23 Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) berbagai jenis Mulai dari kapal-kapal kombatan, kapal selam, kapal amfibi, buru ranjau, Salvage dan patroli. Kapal-kapal perang tersebut berasal dari unsur Koarmatim, Koarmabar dan Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil).

    Unsur lain yang terlibat adalah Pesawat Udara (Pesud) dari Puast Penerbangan Angkatan laut (Puspenerbal) Juanda. Pesud itu adalah jenis Cassa 4 buah, Nomad 4 buah, helikopter Bell 2 buah dan Helikopter Bolcow 2 buah serta 1 Batlyon Tim Pendarat Amfibi (BTP) Marinir dari Pasukan Marinir (Pasmar) 1 Surabaya. Dalam hal ini Marinir mengerahkan berbagai macam peralatan tempurnya diantaranya Tank Amfibi, Kendaraan Amfibi Pengangkut Artileri (Kapa), artileri roket dan Howitzer.

    Rangkaian operasi Armada Jaya XXX-11 diawali dengan Gladi Posko, Pertahanan Pangkalan, Lintas Laut (Linla) dan serbuan amfibi. Yang menarik dari AJ kali ini adalah di gelarnya Operasi Bhakti Sosial oleh kapal rumah sakit KRI dr. Soeharso-990 setelah serbuan amfibi berakhir.

    Sumber : Koarmatim
    Readmore --> TNI AL Akan Menggelar Operasi Amfibi Di Kaltim

    Bandara El Tari Kupang Diusulkan Pindah ke Sulamu Karena Terjadi Bentrok TNI AU Dan Polri

    Kupang - Bandara El Tari Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), diusulkan pindah ke Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang, sekitar 70 kilometer di bagian barat Kota Kupang.

    Usulan pemindahan bandara itu bertujuan mengantisipasi timbulnya bentrokan antara personel Polri bersama anggota TNI Angkutan Udara yang bertugas di bandara tersebut. Pekan lalu, Kapolres Kupang Kota Ajun Komisaris Besar (AKB) Bambang Sugiarto menarik seluruh anggota Kepolisian Pelaksana Pengamanan Pelabuhan (KP3) El Tari dengan alasan menghindari bentrokan. Belum diketahui akar persoalan yang terjadi di antara dua institusi tersebut.

    "Bandara El Tari itu pelabunan udara enclave (dimanfaatkan bersama untuk bandara sipil dan militer). Bandara El Tari juga milik TNI Angkatan Udara, sehingga pengamanan bandara memang dilakukan oleh personel Angkatan Udara," kata anggota DPRD NTT Somie Pandie di Kupang, Rabu (19/10).

    Untuk mengantisipasi timbulnya persoalan yang lebih besar di kemudian hari, ujar wakil rakyat dari Partai Damai Sejahtera itu, bandara harus dipindahkan ke lokasi lain. Namun ia juga menyayangkan penarikan personel Polri dari bandara. Pasalnya pengamanan dan penindakan terhadap masyarakat sipil merupakan tugas polisi, dan bukan tugas TNI. "Kami khawatir. Sudah banyak TKI (tenaga kerja Indonesia) ilegal lolos lewat Bandara El Tari karena tidak ada polisi," katanya.

    Selain itu, ujarnya, pengembangan landasaran pacu El Tari dari 2.500 meter saat ini tidak bisa dilakukan karena terbentur lahan. "Pengembangan bandara bisa saja dilakukan tetapi tanah di daerah itu milik TNI," katanya.

    Sumber : Media Indonesia
    Readmore --> Bandara El Tari Kupang Diusulkan Pindah ke Sulamu Karena Terjadi Bentrok TNI AU Dan Polri

    Korsel Menggandeng Eurojet Untuk Digunakan Dalam Program KF-X

    Seoul (MIK/WDN) - Korsel telah melakukan pemilihan mesin untuk program KF-X dengan menggandeng Konsorsium Eurojet dengan menggunakan mesin EJ200, menurut sumber industri terkait dalam acara Seoul air show.

    Defense Acquisition Program Administration (DAPA) telah mengirim permintaan untuk mencari informasi kepada Perusahaan Eurojet untuk EJ200 dan General Electric untuk mesin F414.

    "Kami telah menawarkan mesin EJ200 untuk pesawat KF-X dan kemungkinan mereka akan terlibat dalam memproduksi komponen sekitar 60% dari mesin tersebut," kata Eurojet wakil presiden pemasaran Paul Herrmann.

    "Ini akan melibatkan ToT sebesar 60%, hal ini akan membantu mereka untuk membuat mesin sendiri secara mandiri".

    Dia juga menambahkan bahwa terserah mereka akan memutuskan apakah Korsel akan membuat komponen sebesar 60% dengan local content, selain itu tampaknya Korsel sangat tertarik dengan teknologi mesin yang terintegrasi secara digital.

    Mesin EJ200 merupakan mesin jet yang digunakan Eurofighter Typhoon yang saat ini bersaing dalam tender pengadaan 60 pesawat tempur F-X III Korsel. Herrmann juga menekankan bahwa tawaran mesin EJ200 untuk KF-X tidak terkait keikutsertaan Eurofighter dalam tender F-X III. Selain itu EJ200 bersaing kuat dengan Boeing yang menawarkan mesin F414 untuk F/A-18E/F Super Hornet.

    Meskipun mesin KF-X membutuhkan kekuatan daya dorong sebesar 50,000lb (220kN), sampai saat ini Korsel belum memutuskan apakah dua mesin dari EJ200 dan F414 mampu memiliki daya dorong sebesar itu atau menggunakan mesin tunggal yang kemampuannya lebih besar seperti yang dimiliki Pratt & Whitney yang menggunakan mesin F135 untuk F-35.

    P & W belum menerima RFI dalam kaitannya dengan KF-X, namun mengatakan akan bersedia untuk pengembangan mesin tersebut bila Korsel meminta. P & W merupakan pemasok utama mesin 21 pesawat tempur F-15Ks dan F-16 AU Korsel dalam tender F-X II.

    KF-X sendiri sebenarnya untuk menggantikan pesawat F-16. Pada bulan juli, KAI dan pemerintah Indonesia telah menandatangani kontrak terkait pengembangan pesawat tersebut. Indonesia sendiri juga ikut mengambil bagian dalam program tersebut, dan kedua negara tersebut telah membangun penelitian bersama dan pusat pengembangan pada bulan Agustus.

    Pada tanggal 14 juli, Kantor berita resmi Antara mengatakan Indonesia telah berpartisipasi dalam program ini, dan berkontribusi sekitar 20% dari biaya pengembangan. Kedua negara tersebut telah setuju memproduksi 150 sampai 200 unit, dimana Indonesia akan mendapatkan 50 unit.

    Menurut narasumber mengatakan AS sangat meragukan program KF-X. Hal ini mungkin karena AS kuatir dengan penyedia teknologi tinggi untuk pesawat yang merupakan produksi bersama dengan Indonesia, yang dulunya pernah diembargo oleh AS beberapa tahun yang lalu.

    Pejabat pemerintahan di AS juga mengatakan KF-X akan menjadi beban luar biasa bila dibandingkan kemampuan penelitian dan anggaran pertahanan Korsel, sehingga pesawat tempur tersebut kurang efektif bila dipasarkan di pasar internasional.

    Sumber : Flight Global
    Readmore --> Korsel Menggandeng Eurojet Untuk Digunakan Dalam Program KF-X

    Tuesday, October 18, 2011 | 4:44 PM | 0 Comments

    Hasil Temuan Komisi II : Ternyata Justru Indonesia yang "Mencaplok" Wilayah Malaysia

    Jakarta - Ketua Tim Panitia Kerja Perbatasan Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat yang membidangi pemerintahan dalam negeri, Hakam Naja, membantah adanya pergeseran patok batas wilayah Indonesia-Malaysia. Berdasarkan penelusuran tim di Camar Bulan, Sambas, Kalimantan Barat, akhir pekan lalu, memang ditemukan bongkahan patok A-104 yang rusak berada 3 kilometer di wilayah Malaysia.

    Namun, sesuai dengan GPS (Global Positioning System), patok tetap berada di koordinat yang sama dengan peta 1978. "Artinya, justru kita yang mencaplok wilayah Malaysia," kata Hakam kemarin. Sebelumnya, Komisi I Dewan mengatakan telah menerima informasi intelijen ihwal terjadinya pergeseran patok batas wilayah Indonesia-Malaysia sejauh 3 kilometer di Camar Bulan. Indonesia pun berpotensi kehilangan wilayah sebesar 1.500 hektare. Menurut dia, sejumlah anggota Polisi Diraja Malaysia dikabarkan berpatroli di wilayah ini.

    Selain itu, di Tanjung Datu, Malaysia telah membangun pusat konservasi penyu. Mereka juga membangun taman nasional yang dijadikan tujuan wisata. Malaysia juga dikabarkan telah membangun dua mercusuar di wilayah ini. Pencaplokan ini diduga sudah terjadi sejak lima tahun lalu.

    Senada dengan Hakam, Menteri Pertahanan Malaysia, Dato Seri Ahmad Zahid Hamidi, memastikan tidak ada perubahan tapal batas. Menurut dia, selama ini dalam menjaga perbatasan Malaysia di Indonesia, Malaysia menggunakan kesepakatan yang sama, yaitu memorandum of understanding (MoU) tahun 1978. Dari 1.600 kilometer panjang wilayah perbatasan yang ada di Kalimantan, Malaysia terus melakukan pengawasan gabungan. "Kami juga berpatroli bersama tentara Indonesia," kata Ahmad Zahid di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, kemarin

    Setiap tahun, kata Dato Seri Ahmad Zahid, Malaysia selalu aktif dalam pertemuan Joint Border Committee yang membahas perbatasan. Nota kesepahaman itu selalu dikuatkan melalui pertemuan di antara kedua negara. "Saya tidak mau menegakkan benang basah. Kita harus menciptakan kembali keheningan antara Indonesia dan Malaysia," katanya.

    Selain itu, ia meminta agar urusan perbatasan tidak dipolitisasi oleh siapa saja. "Ini urusan profesional," katanya. Ia menghendaki hubungan Indonesia-Malaysia diprioritaskan dan tidak dicampur dengan kepartaian. "Saya tidak mau mengurusi politik," ujarnya.

    Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa sebelumnya mengatakan soal perbatasan mengacu pada konvensi antara Belanda dan Inggris. Konvensi ini dilakukan tiga kali, yakni pada 1891, 1915, dan 1928. Ketiga persetujuan inilah yang mengatur soal perbatasan setelah kemerdekaan. Hasil tiga kali konvensi inilah yang kemudian dijadikan rujukan MoU tahun 1978. Jadi, delimitasi tidak ada masalah. "Dari dulu tidak ada permasalahan perbatasan di wilayah Camar Bulan ini," kata dia.

    Sumber : TEMPO
    Readmore --> Hasil Temuan Komisi II : Ternyata Justru Indonesia yang "Mencaplok" Wilayah Malaysia

    Pengamat : Industri Pertahanan Indonesia Kebanjiran Order Alutsista

    Jakarta - PT DI saat ini sedang disibukkan dengan penyelesaian berbagai order alutsista udara untuk TNI, yaitu pembuatan tiga pesawat CN235 patroli maritim untuk TNI AL dan penyelesaian helikopter NAS-332 Super Puma untuk TNI AU. TNI AU juga memesan 1 unit CN235 MPA untuk skuadron intainya. Tak ketinggalan, TNI AD sebagai pelanggan tetap PT DI memesan delapan unit helikopter jenis Bell 412 EP tipe serbu dan 8 unit dari tipe angkut, kemudian helikopter jenis Fennec AS-550 sebanyak 8 unit.

    Masih banyak paket-paket alutsista yang diorder oleh TNI, misalnya pembuatan SUT Torpedo tipe 364 MKO untuk kapal selam TNI AL dan paket simulator terjun payung untuk TNI AD. Dari semua rangkaian order itu, diprediksi sampai tahun 2014, PT DI akan mendapat peluang pendapatan sebesar Rp 9,23 triliun, sebuah angka yang mampu memberikan nilai geliat bagi industri kedirgantaraan dalam negeri.

    Ini semua tidak terlepas dari kebijakan pemerintah bersama DPR dalam program pengadaan alutsista TNI yang menggelontorkan dana 100 triliun rupiah dengan opsi tambahan 50 triliun selama periode 2010-2014, dengan menggandeng industri strategis pertahanan dalam negeri. Selain PT DI, PAL dan Pindad juga mendapat order luar biasa dalam pengadaan alutsista TNI.

    PAL mendapat order pembuatan puluhan kapal cepat rudal, kapal landing ship tank, kapal LPD, integrasi sistem tempur KRI dan kerja sama pembuatan kapal selam dengan Korsel.

    Pindad mendapat pesanan ribuan senjata SS2, ribuan roket R-Han, ratusan panser Anoa, kerja sama produksi panser Canon Tarantula dengan Korsel dan Panser FNSS dengan Turki.

    Untuk diketahui, selama 36 tahun masa kehadirannya, PT DI telah memproduksi lebih dari 300 pesawat terbang dan helikopter berbagai jenis, seperti NC-212, CN235, NBO105, NBELL 412, NAS332. Juga mampu memproduksi 60 ribu unit roket dan 160 unit torpedo, 13 ribu unit komponen pesawat terbang F16, Boeing, dan Airbus.

    Sejalan dengan itu, PT DI mampu melakukan penguasaan teknologi pabrikasi CASA, Boeing Company, Fokker dan Bell Helicopter, termasuk product support, maintenance dan overhaul. Dalam jaminan kualitas, sudah diakui oleh General Dynamic dengan persyaratan US Military Specification MIL-1-45208A, Bae, Lockhead, Boeing Company, Daimler Benz Aerospace dan DGAC.

    Geliat gairah PT DI sebagai simbol teknologi tinggi yang dimiliki republik ini merupakan momentum kebangkitan kembali industri kerdigantaraan kita. Apalagi saat ini sudah ada kerja sama pengembangan proyek jet tempur KFX/IFX bersama Korsel, di mana Indonesia mendapat bagian 50 unit jet tempur generasi 4,5 dan PT DI akan menjadi produsen dan pemasar jet tempur dengan kualitas di atas F16 mulai tahun 2020.

    Simbol teknologi tinggi bangsa ini kembali bersinar terang, membanggakan dan memberi harapan pada generasi penerus bangsa.

    Sumber : Suara Merdeka
    Readmore --> Pengamat : Industri Pertahanan Indonesia Kebanjiran Order Alutsista

    Pengamat : Simbol Teknologi Tinggi Indonesia Kembali Menggeliat

    Jakarta - Indonesia produk kedirgantaraan kebanggaan bangsa, PT Dirgantara Indonesia (PT DI) saat ini sudah memasuki tahun ke 36.Langkah sejarah perusahaan strategis ini mengalami fase yang membanggakan sekaligus mengharukan pada saat memulai produksi pesawat komersial N250 turboprop berkapasitas 50-70 penumpang dan mengembangkan jet N2130 berkapasitas 100-130 penumpang. Pada saat yang sama, ’’ultimatum’’ IMF pada saat krisis finansial (tahun 1998) memaksa industri kedirgantaraan kita bertekuk lutut pada donatur berwajah kapitalis.

    Sekadar catatan, pesawat penumpang N250, yang dijuluki Gatot Kaca, terbang perdana pada 10 Agustus 1995, dan tanggal ini dijadikan sebagai Hari Teknologi Nasional.

    Cerita pendirian Nurtanio diawali dengan kedatangan BJ Habibie bersama 17 insinyur dari Jerman dengan restu Dirut Pertamina dan panggilan pulang Presiden Soeharto tahun 1975 untuk bekerja di ATP (Advance Technology Pertamina). Sementara itu, di Bandung sudah ada Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio. Atas restu Pak Harto, Habibie diperkenankan membuat industri pesawat terbang berskala internasional, lalu ATP dan Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio digabung dan diresmikan 23 Agustus 1976.

    Dalam langkah perjalanannya, Nurtanio kemudian berganti baju menjadi PT IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara) tahun 1986, kemudian ganti baju lagi menjadi PT DI (Dirgantara Indonesia) tahun 2000.

    Pada saat ganti baju yang terakhir itu, perseroan ini sedang mengalami goncangan hebat sebagai akibat ultimatum IMF tadi. Tidak ada kucuran dana segar dari pemerintah. Lalu tahun 2003 PT DI melakukan PHK massal kepada ribuan karyawannya. Tercatat waktu itu ada 16 ribu karyawan dikurangi menjadi hanya 4000 karyawan saja.

    Kebangkitan

    Tanggal 4 Oktober 2011 adalah penanda kebangkitan yang signifikan bagi sebuah industri teknologi tinggi PT DI, karena sahabat lamanya, CASA Spanyol, melalui bendera Airbus Military yang dimiliki European Aeronautic Defense and Space (EADS) melakukan ’’pernikahan kembali’’ dengan memproduksi bersama pembuatan pesawat angkut militer NC 295.

    ’’Pernikahan pertama’’ adalah kerja sama dalam memproduksi CN235. Kerja sama dengan Airbus Military ini akan memproduksi minimal sembilan pesawat angkut militer berkapasitas 71 pasukan atau 49 penerjun payung. Diproduksi secara paralel, enam di antaranya dibuat di pabrik pesawat terbang milik Airbus Military di San Pablo Spanyol, dan tiga unit lagi diproduksi di Bandung.

    Sangat terbuka kemungkinan PT DI memproduksi lebih banyak NC295 untuk pasar Asia Pasifik.
    Pesawat NC295 merupakan pengembangan dari CN235, punya kesanggupan membawa beban 9,2 ton sehingga masuk kategori medium military lift, badannya diperpanjang 3 meter, sementara sayapnya tetap sama dan diperkuat dengan mesin PW127G turboprop buatan Pratt &Withney. Kekuatannya satu setengah kali CN235.

    Data CASA menunjukkan, NC295 lebih irit bahan bakar dan perawatan dan sanggup terbang dengan daya jelajah 5.300 km dengan kapasitas bahan bakar 4,5 ton.

    Kemhan memesan sembilan unit pesawat jenis ini untuk memperkuat skuadron angkut sedang dalam mobilitas rotasi pasukan dan penanggulangan bencana alam.

    Pesanan Kemhan ini membuat PT DI menggeliat dan bergairah, setelah sebelumnya tanggal 26 Mei 2011 melalui program penyertaan modal negara (PMN) dengan persetujuan Komisi VI DPR, perusahaan ini digelontor dana konversi sebesar Rp 3,8 triliun untuk memperbaiki posisi neraca keuangan. Rincian PMN itu adalah 1,42 triliun untuk konversi utang dan 2,38 triliun untuk penyertaan modal sementara.

    Suntikan dana ini mampu menyegarkan wajah permodalan perseroan dari sebelumnya defisit 707 miliar rupiah menjadi plus 617 miliar.

    Bulan Mei 2011, PT DI berhasil melakukan pengiriman pesawat produksinya CN235 jenis angkut militer VIP ke Senegal dengan nilai kontrak 13 juta dolar AS. Pesawat ini merupakan modifikasi dari CN 235 milik Merpati. Modifikasi yang dilakukan adalah dengan mengubahnya menjadi tipe pesawat militer, menganti mesin untuk menambah daya angkut dan penambahan sistem auto pilot TCAS.

    Ini adalah ekspor pertama sejak tahun 2008, di mana selama itu PT DI tidak mampu melakukan ekspor pesawat produksinya meskipun yang diekspor itu pesawat second yang diperbarui.

    Setelah ekspor ke Senegal, PT DI juga kembali mengirimkan dua CN235 tipe patroli maritim yang dipesan angkatan laut Korea Selatan. Korea Selatan memesan empat unit CN 235 patroli maritim yang dilengkapi dengan alat pendeteksi kapal, migrasi ikan, polusi tumpahan minyak dengan nilai kontrak 94 juta dolar AS. Semuanya akan diselesaikan tahun ini.

    Khusus dengan Korsel, PT DI ke depan diprediksi akan mendapat tambahan order CN 235 atau NC295 dalam jumlah banyak sehubungan dengan adanya kerja sama pertahanan yang erat antara RI dan Korsel. RI banyak memesan alutsista dari Korsel, antara lain 16 jet latih tempur T50 Golden Eagle, pengadaan 3 kapal selam kelas Changbogo, upgrade dua kapal selam dan lain-lain.

    Selama ini, negeri ginseng itu sudah mengunakan 15 unit pesawat CN 235 buatan PT DI untuk keperluan operasi militernya.

    Sumber : Suara Merdeka 
    Readmore --> Pengamat : Simbol Teknologi Tinggi Indonesia Kembali Menggeliat

    Sunday, October 16, 2011 | 10:43 PM | 0 Comments

    2012, KRI Dewa Ruci Diundang ke Irlandia

    London - Kerja sama pertahanan Indonesia dan Irlandia dari tahun ke tahun terus meningkat. Perdana Menteri Irlandia pun mengundang KRI Dewa Ruci untuk mengikuti acara yang akan diadakan di Irlandia pada 2012 mendatang.

    "Hal ini merupakan pengakuan dari keberhasilan misi yang dibawa oleh KRI Dewa Ruci selama ini," ujar Atase Pertahanan KBRI London Kolonel Nurchahyanto pada acara syukuran dalam rangka peringatan HUT ke-66 TNI yang diadakan di Wisma Samudera, London, Sabtu (15/10).

    Nurchahyanto menyebutkan kerja sama pertahanan Indonesia-Irlandia meningkat dengan adanya saling kunjung di antara kedua perwira.

    Selain itu Kolonel Nurchahyanto mengakui bahwa perhatian pemerintah akan pertahanan cukup besar dengan ditingkatkannya anggaran pertahanan yang digunakan untuk pembaruan Alat Utama Sistem Persenjataan (alutsista) yang dimiliki oleh angkatan bersenjata yang sudah cukup tua.

    Sumber : Media Indonesia
    Readmore --> 2012, KRI Dewa Ruci Diundang ke Irlandia

    2012, Korpaskhas AU Akan Mendapatkan Canon Oerlicon Kaliber 35 MM Dan Cyron

    Soreang - Memasuki usia 64 tahun Senin (17/10) Baret Jingga Korps Pasukan Khas Angkayan Udata (Korpaskhas) diharapkan menjadi satuan tempur yang kian eksis dalam mendukung tugas pokok TNI Angkatan Udara. Apalagi TNI terus memodernisasi alat utama sistem pertahanan (Alutsista) sehingga menjadi tantangan bagi prajurit Baret Jingga.

    “Korpaskhas merupakan garda depan TNI AU yang bertugas membina empat kemampuan yaitu tempur darat, pertahanan udara (Hanud) Titik, matra udara dan satuan khusus,” kata Komandan Korpaskhas, Marsma TNI Amarullah, di ruang kerjanya, Minggu (16/10).

    Lebih jauh Amarullah mengatakan, Korpaskhas lahir pada 17 Oktober 1947 ditandai dengan peristiwa heroik penerjunan 13 pasukan di Sambi Kotawaringin Barat, Kalimatan Tengah.

    “Penerjunan dimaksudkan untuk mengobarkan semangat perjuangan rakyat daerah tersebut dalam mengusir penjajah yang masih bercokol di bumi Kalimatan,” katanya.

    Sumber : Pikiran Rakyat
    Readmore --> 2012, Korpaskhas AU Akan Mendapatkan Canon Oerlicon Kaliber 35 MM Dan Cyron

    BNPP Mengusulkan Anggaran Perbatasan Sebesar Rp. 5 Triliun

    Jakarta – Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan (BNPP) telah mengajukan usulan anggaran pembangunan daerah perbatasan Rp5 triliun pada 2012. Namun, usulan tersebut belum semuanya disetujui.

    “Perlu dicatat, Rp5 triliun itu adalah nilai total untuk semua kementerian yang melakukan program di perbatasan. Sebelumnya anggaran perbatasan sangat sedikit,” ujar Menteri Dalam Negeri merangkap Kepala BNPP Gamawan Fauzi di Jakarta kemarin. Lebih jauh dia menjelaskan, pihaknya secara keseluruhan sudah menyusun program kerja jangka pendek,menengah, dan jangka panjang kepada daerah perbatasan.

    Ada 12 provinsi, kemudian 38 kabupaten/kota yang berbatasan dengan negara lain. Nantinya, pembangunan nya difokuskan pada kecamatan perbatasan. “Pembangunan perbatasan prioritas tahun 2012 ada di 39 kecamatan, kemudian tahun 2013 di 32 kecamatan, dan tahun 2014 di 40 kecamatan.

    Panjang perbatasan kita saja mencapai 2000 km. Dua kali panjang Pulau Jawa, dan tak semua perbatasan kita berpenghuni,” terangnya. Pembangunan daerah perbatasan, imbuh Gamawan, bukan hanya dilakukan karena muncul kasus-kasus dengan daerah tetangga, terutama Malaysia. Meski diakui, kondisi daerah perbatasan di Indonesia tidak sebagus Malaysia.

    Patroli Bersama Malaysia

    Sementara itu, dua unit kapal perang TNI Angkatan Laut, KRI Clurit-641 dan KRI Sigurot-864 yang bermarkas di Koarmabar, terlibat dalam patroli terkoordinasi Malaysia- Indonesia (Patkor Malindo) 113 di perairan Selat Malaka. Patkor ini digelar untuk meningkatkan keamanan di wilayah perairan Selat Malaka.

    Kepala Dispenarmabar Letkol Laut (KH) Agus Cahyono mengungkapkan, patroli ini telah berlangsung sejak akhir September lalu.Terdapat empat unsur kapal angkatan laut, masing-masing dua dari TNI Angkatan Laut dan dua dari Angkatan Laut Diraja Malaysia.

    Dari TNI Angkatan Laut, KRI yang dilibatkan adalah dua KRI dari jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar), yakni KRI Clurit-641 dan KRI Sigurot- 864. Adapun dari Malaysia yaitu KD Gempita dan KD Perkasa.

    Sumber : SINDO
    Readmore --> BNPP Mengusulkan Anggaran Perbatasan Sebesar Rp. 5 Triliun

    English News : India, Vietnam And Indonesia Potential Market Stealth Destroyer Russian

    illustration

    Moskow - Russia plans to begin constructing a new generation of "stealth" destroyers in 2012 that will form the backbone of the combat power of Russia's surface fleet, Russian newspaper Pravda reported.

    But since much of Russia's income comes from arms sales and exports, that new stealth technology might be simply hype designed to sell boats, Thomas Fedyszyn, director of the Europe-Russia Studies Group at the U.S. Naval War College in Newport, R.I. said.

    "They're trying to sell this to India, Vietnam, Indonesia … as marketers, they would per force be required to make statements like this," he told FoxNews.com. (His opinions are his own, not that of the Naval War College, the academy noted.)

    "The vast majority of warships built today boast stealthy features to one degree or another," agreed James Holmes, a fellow professor at the Naval War College specializing in Asian sea power. The U.S. has built stealthier ships for two decades, he said.

    "Russia is already building stealthy ships for the Indian Navy," he told FoxNews.com.

    The news echoes the August unveiling of Russia's first stealth fighter -- nearly two decades after the F-22 Raptor was unveiled, the first U.S. prototype stealth jet. Russia similarly described that plane as "the backbone" of the Russian air force, and of India's.

    "Russia's cooperation with India on this project will help it promote the fifth-generation jet on the foreign market," Mikhail Pogosyan, president of United Aircraft Corporation, the state aviation holding company, told the RIA Novosti news agency.

    Pravda nevertheless touted the technical might planned for the stealth destroyer: Over the next 20 years, the country plans to build 14 to 16 of the new destroyers, which will be outfitted with a variety of weapons, including anti-ships missiles, anti-submarine torpedoes, and cruise and anti-aircraft missiles. And it could replace three different types of vessel.

    "It will leave behind large-anti-submarine ships with the help of state-of-the-art hardware. Its assault and anti-aircraft performance will outstrip present-day destroyers and guided-missile cruisers," a source from the Russian defense industry told Russian language newspaper Izvestia.

    U.S. experts were less enthusiastic.

    "I'm not persuaded that they will revolutionize surface warfare," Fedyszyn told FoxNews.com. "It's probably not a revolutionary stealth technology that makes them invisible to all things at all times," he said.

    Russia does consider its navy a symbol of national pride and prestige, Holmes pointed out, clearly a second key motive behind the stealth boat hype.

    How stealthy can a 10,000-ton ship be?

    The sheer size of such a vessel would make it nearly impossible to make it absolutely invisible to every sensor, experts agreed. The improvements to the new Russian ships -- the exact type of stealth technology was not described -- were likely evolutionary tweaks similar to those put in place by other navies.

    Every manufacturer making ships today is adding "stealth" technologies, from rubberized gaskets that silence pumps to softer, less-reflective angles to new materials that absorb radar signals rather than bounce them back.

    "Everyone who's building ships these days is changing angles so they don't become radar beacons," Fedyszyn told FoxNews.com. "We build them stealthier than we used to build them."

    Another form of stealth lies in heat dissipation. Modern stacks are designed to be cooler than they were made 25 years ago, when manufacturers simply didn't think about preventing a ship from showing up on infrared sensors.

    "You have to have a much more powerful radar to pick up a 21st century destroyer than a 20th century destroyer," Fedyszyn added.

    Ingalls Shipbuilding, the largest manufacturer of Arleigh Burke class destroyers for the U.S. Navy, has built several tweaks into the latest boats to boost stealth. A spokesman for Ingalls declined FoxNews.com requests for more information.

    Invisibility technology is being built into countless military vehicles as well, notably the "invisible tank" being built by BAE Systems. One of the ways that company makes its tanks hide is Adaptiv -- an armor encasing that looks and feels as one imagines a dragon's scales to -- which turns tanks into chameleons, allowing them to disappear into the environment behind them.

    That's easy to add to a tank. It's tougher on a destroyer.

    "Could they also put in a completely radar absorbent material? Very unlikely," Fedyszyn told FoxNews.com.

    The U.S. navy planned a next-generation destroyer of its own; called the Zumwalt class or DDG 1000, it was designed to be even stealthier than current generation destroyers -- and was largely cancelled due to cost overruns.

    But that hasn't stopped shipmakers from quieting vessels and limited radar cross sections in every new generation.

    "This isn't as big a story as the Pravda piece lets on. We've been incorporating stealth features for twenty years," Holmes told FoxNews.com.

    Source : Fox News
    Readmore --> English News : India, Vietnam And Indonesia Potential Market Stealth Destroyer Russian

     

    Pengikut

    Copyright © 2010 - All right reserved | Template design by ADMIN | Published by MAJU INDONESIA KU
    Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome and opera.