ALUTSISTA ARDAVA BERITA HANKAM CAKRA 401 SUBMARINE DEFENSE STUDIES INDO-DEFENSE INDONESIA DEFENSE INDONESIA TEKNOLOGI RINDAM V BRAWIJAYA THE INDO MILITER
Formil MIK Formil Kaskus Formil Detik.COM
PT.DI LAPAN LEN NUKLIR PAL PINDAD RADAR RANPUR ROKET RUDAL SATELIT SENJATA TANK/MBT UAV
TNI AD TNI AL TNI AU
HELIKOPTER KAPAL ANGKUT KAPAL INDUK KAPAL LATIH KAPAL PATROLI KAPAL PERANG KAPAL PERUSAK KAPAL SELAM PESAWAT TEMPUR PESAWAT ANGKUT PESAWAT BOMBER PESAWAT LATIH PESAWAT PATROLI PESAWAT TANKER
KOPASSUS PASUKAN PERDAMAIAN PERBATASAN
  • PERTAHANAN
  • POLRI POLISI MILITER
  • PBB
  • NATO BIN DMC TERORIS
    AMERIKA LATIN AMERIKA UTARA BRASIL USA VENEZUELA
    AFGANISTAN ETHIOPIA IRAN ISRAEL KAZAKHTAN KYRGYZTAN LEBANON LIBYA MESIR OMAN PALESTINA TIMUR TENGAH YAMAN
    ASEAN AUSTRALIA Bangladesh BRUNAI CHINA INDIA INDONESIA JEPANG KAMBOJA KORSEL KORUT
    MALAYSIA Selandia Baru PAKISTAN PAPUA NUGINI Filipina SINGAPURA SRI LANGKA TAIWAN TIMOR LESTE
    BELANDA BULGARIA INGGRIS ITALIA JERMAN ROMANIA RUSIA UKRAINA
    MIK News empty empty R.1 empty R.2 empty R.3 empty R.4

    ATTENTION


    PERHATIAN

    "Bagi Sobat Readers ingin mempublikasikan kembali tulisan ini di website atau blog Sobat Readers, mohon cantumkan link aktif artikel yang bersangkutan termasuk semua link yang ada di dalam artikel tersebut Atau Silahkan Hubungi Admin Melalui Chat Box/Shout Box/E-mail yang tertera di bawah .

    ADMIN
    steven_andrianus_xxx@yahoo.co.id

    Kategori »

    INDONESIA (4794) TNI (1147) ALUTSISTA (984) TNI AL (721) TNI AU (694) Pesawat Tempur (684) USA (597) Industri Pertahanan (564) PERBATASAN (447) KOREA (400) Kerja Sama (400) RUSIA (382) Teknologi (315) TNI AD (306) Kapal Perang (281) Pesawat Angkut (276) Anggaran (249) PERTAHANAN (235) CHINA (232) MALAYSIA (225) Tank (218) DI (210) Kapal Selam (201) Rudal (165) Helikopter (159) Pindad (145) KORUT (140) ASEAN (127) POLRI (126) Kapal Angkut (119) DMC (114) AUSTRALIA (107) PAL (106) Kapal Patroli (99) EROPA (98) Senjata (94) Pesawat Latih (93) TIMTENG (93) UAV (87) Nuklir (84) Pasukan Perdamaian (84) Teroris (83) ISRAEL (81) Radar (75) Kopassus (74) SINGAPORE (74) INDIA (72) IRAN (71) Ranpur (70) Africa (69) Roket (67) JAPAN (60) INGGRIS (59) LAPAN (59) PBB (59) jerman (57) Pesawat Patroli (56) LEBANON (55) Satelit (54) kapal latih (47) PRANCIS (45) BELANDA (41) THAILAND (36) BRAZIL (35) Philippines (35) TAIWAN (35) TIMOR TIMUR (31) VIETNAM (29) Inteligen (27) NATO (25) BRUNEI (24) Korvet (22) LIBYA (22) PAKISTAN (22) PALESTINA (21) Amerika Latin (16) KAPAL INDUK (16) English News (15) PAPUA NUGINI (15) BIN (14) ITALIA (14) VENEZUELA (14) KAMBOJA (13) ASIA (12) AFGANISTAN (11) POLANDIA (11) PT. LEN (9) Pesawat Bomber (9) Frigates (8) UKRAINE (7) Amerika Utara (6) Kapal Perusak (6) Berita Foto (5) Georgia (5) UEA (5) YAMAN (5) EGIPT (4) New Zealand (4) Pesawat Tanker (4) SRI LANKA (4) BANGLADESH (3) BULGARIA (3) YUNANI (3) HAITI (2) KAZAKHTAN (2) Polisi Militer (2) ROMANIA (2) \ (1)

    Total Pageviews

    Berita Terpopuler

    Powered by Blogger.

    Friday, December 14, 2012 | 4:43 PM | 7 Comments

    Konflik LCS, Penyebab ASEAN Memperbarui Kekuatan Alutsista

    Jakarta (MIK/WDN) - Indonesia telah membeli kapal selam dari Korea Selatan dan sistem radar pertahanan pantai dari China dan AS. Selain itu Vietnam juga ikut membeli kapal selam dan pesawat tempur dari Rusia, sedangkan Singapura merupakan pengimpor kelima terbesar di dunia untuk mempercanggih armada barunya.

    Kewaspadaan terhadap China dengan keberhasilan ekonomi, membuat negara-negara di Asia Tenggara berlomba untuk memperbarui alutsista untuk melindungi jalur pelayaran, pelabuhan dan batas teritorial yang merupakan jalur penting untuk arus ekspor dan enegi.

    Sengketa batas teritorial di Laut Cina Selatan, disebabkan karena daerah tersebut kaya minyak dan gas yang telah mendorong Vietnam, Malaysia, Filipina dan Brunai untuk memperbarui alutsistanya untuk membendung angkatan laut China.

    Bahkan negara yang tidak ikut sengketa, keamanan maritim telah menjadi fokus utama bagi Indonesia, Thailand, dan Singapura.

    “Kemajuan ekonomi telah mendorong negara-negara tersebut mengeluarkan banyak anggaran pertahanan untuk melindungi kedaulatan mereka dari batas laut sampai ZEE,” kata James hardi, Editor HIS Jane Defense Weekly Asia Tenggara.

    “Kecenderungan terbesar adalah dalam pengawasan kawasan pesisir, maritim dan patrol di perbatasan.”

    Dari tahun 2002-2011 anggaran pertahanan Asia Tenggara jauh meningkat sampai 42%, data tersebut diambil dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI). Pengadaan kapal perang, kapal patrol, sistem radar, pesawat tempur, kapal selam dan rudal anti kapal merupakan prioritas utama dalam menjaga akses jalur pelayaran.

    “Kapal selam merupakan alutsista yang sangat penting,” kata Tim Huxley, direktur International Institute for Strategic Studies untuk Asia. “Karena kapal selam merupakan ancaman terbesar tanpa bisa terlihat, diantisipasi dan kapal selam tersebut dapat melakukan pengintaian di wilayah tersebut.”

    Selama beberapa dekade, hanya sebagian kecil anggaran pertahanan ASEAN untuk mengadaan alutsista selain senjata dan tank kecil. Karena sebagian besar ancaman internal dan payung pelindungan AS dianggap cukup untuk menangkal setiap agresi potensial dari luar negeri.

    Dengan kekuatan ekonomi yang kuat, China dengan mudah menyediakan banyak anggaran untuk memperkuat alutsista canggihnya. Dengan itu China dengan mudah menekan negara yang berbatasan langsung dengan mengerahkan armada laut dan udara.

    “Malaysia saat ini memiliki dua kapal selam Scorpene, Vietnam membeli enam kapal selam kilo dari Rusia. Thailand juga berencana untuk membeli kapal selam dan pesawat tempur Gripen dari SAAB Swedia yang dilengkapi dengan RBS-15 F anti kapal selam” kata IISS.

    Singapura juga melakukan pengadaan pesawat tempur F-15 SG dari Boeing, AS dan dua kapal selam Archer dari Swedia untuk melengkapi empat kapal selam Challenger serta kapal perang yang kuat dan memiliki AU yang mumpuni.

    Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang memilik 54.700 (34.000) dari garis pantai, saat ini hanya memiliki dua kapal selam dan sedang membangun kapal selam baru dari Korsel. Selain itu, Indonesia juga bekerjasama dengan perusahaan asal China untuk memproduksi rudal anti kapal C-705 dan C-802 serta Indonesia juga telah berhasil mengujicoba rudal Yakhont buatan Rusia pada tahun 2011.

    Strategi Tanpa Kepastian

    Meskipun pengadaan ini bukan merupakan perlombaan senjata, para pengamat mengatakan pengadaan alutsista tersebut didorong karena konflik di Laut Cina Selatan (LCS). Sebenarnya konflik LCS sudah lama terjadi antara negara-negara di kawasan tersebut yang membuat mereka ingin memodernisasi karena keadaan keuangan yang mendukung.

    Perompakan, penangkapan ikan ilegal, penyelundupan, terorisme dan penanganan bencana yang membuat mereka untuk memodernisasi alutsistanya, selain itu negara-negara di kawasan tersebut juga melakukan kerjasama militer seperti yang dilakukan Thailand dan Indonesia.

    Sangat jelas kita bisa lihat tidak ada kepastian strategi di kawasan ASEAN, karena munculnya China sebagai kekuatan baru dan adanya keraguan ASEAN tentang kemampuan AS untuk mempertahankan kehadiran militer di Asia, kata Ian Storey yang merupakan senior Institute of Southeast Asian Studies.

    “Negara-negara di ASEAN tidak akan pernah bisa menyamai modernisasi alutsista China,”katanya. Apa yang dilakukan Vietnam hanya bisa mencegah. “Jika China tidak menyerang Vietnam setidaknya Vietnam dapat menimbulkan beberapa kerusakan serius.”

    SIPRI juga mengatakan Indonesia, Vietnam, Kamboja dan Tailand memimpin dalam peningkatan anggaran pertahanan di kawasan ASEAN hingga mencapai 66-83% dari 2002 sampai 2011.

    Tetapi pengimpor alutsista terbaik masih dipegang Singapura, sebuah negara kecil yang merupakan pusat dari pelayaran tersibuk di dunia, pusat keuangan global, pusat pengolahan minyak, gas dan petrokimia.

    Malaysia dan Indonesia juga memiliki peran penting di Selat Malaka yang menghubungkan samudra Pasifik dan Hindia yang merupakan jalur terpadat yang menjadikan selat itu sebagai “choke point” yang memiliki strategi yang cukup besar dalam arus energi, bahan baku, dan barang yang mengalir dari timur ke barat.

    “Dengan anggaran sebesar USD 9,66 miliar pada 2011, Singapura menduduki peringkat puncak dari Thailand USD 5.52 miliar, Indonesia USD 5.42 miliar, Malaysia USD 4.54 miliar dan Vietnam USD 2.66 miliar,” kata IISS.

    Situasi ini jauh lebih pelik daripada Asia Utara di mana China, Jepang, AS, Rusia, dan Duo Korea. Tapi ASEAN tampaknya mengikuti tren untuk mengejar ketertinggalan alutsista mereka.

    “Hal ini merupakan proses yang masih terbatas,” kata Huxley di IISS. “Negara-negara di ASEAN saat ini untuk menjaga sumber daya alam dengan meningkatkan modernisasi alutsista serta militer”.

    Dalam data resmi mengenai jumlah dan tujuan dalam pengadaan masih terlihat samar-samar, yaitu seberapa banyak mereka pengadaan seragam, peluru, gaji dan berapa banyak mereka membeli alutsista canggih yang dapat memproyeksikan kekuatannya?

    Angka-angka dalam anggaran pertahanan juga tidak mungkin di buka semuanya, karena rahasia negara. Negara-negara seperti Vietnam dan Indonesia telah menggunakan pengaturan pinjaman kredit atau penjualan SDA di masa lalu untuk mendanai pengadaan senjata yang tidak muncul dalam anggaran pertahanan, kata seorang pengamat.

    “Vietnam sendiri telah menutup akses informasi anggaran pertahanan dalam melaporkan anggaran pertahanan. Hal ini menginggalkan celah yang patut dicurigai antara pengadaan yang dianggarkan.” Kata Samuel Perlo-Freeman, direktur SIPRI Military Expenditure and Arms Production Programme.

    Pembelian dan Memproduksi Sendiri

    Saat ini negara-negara Barat sedang memangkas anggaran pertahanannya, yang membuat Asia sebagai pasar yang menarik bagi produsen senjata, alat komunikasi dan sistem pengawasan. Divisi pertahanan Lockheed Martin dan Boeing mengharapkan kawasan Asia Pasifik bisa mengkontribusi sekitar 40% dari pendapatkan secara global.

    “Batas maritim di Pasifik menjadi perhatian semua orang,” kata Jeff Kohler, wapres bidang pertahanan Boeing, pada saat Singapore Airshow pada bulan februari lalu. “ Vietnam saat ini hampir 97% anggaran alutsista untuk membeli alutsista utama, termasuk kapal perang, pesawat tempur dan sistem pertahanan pantai rudal Bastion dari Rusia pada 2007-2011 tetapi Vietnam telah memverifikasi dengan Belanda dan AS” kata SIPRI.

    Sedangkan Filipina sangat tergantung dengan AS yang hampir 90% dalam pengadaan alutsista, Filipina juga telah menganggarkan USD 1,8 miliar untuk mengupgrade alutsistanya selama lima tahun karena melihat ancaman yang terus meningkat dari China selama konflik LCS.

    Seperti yang dilihat kekuatan AL dan AU Filipina sangat kurang, kata pengamat Sam Bateman.

    Filipina harus fokus dalam pengawasan udara, katan Bateman yang merupakan peneliti utama dari Australian National Centre for Ocean Resources and Security. Kapal perang anti kapal selam merupakan alutsista prioritas, kata staff departemen pertahanan Filipina kepada Reuters.

    Thailand merupakan negara yang telah mengalami 18 kudeta militer sejak tahun 1932, saat ini mereka telah membangun kapal patroli yang telah dirancang oleh BAE System Inggris. Thailand juga berencana membuat satu kapal perang frigate dalam waktu lima tahun, dari dua kapal perang baru.

    “Pengadaan kapal perang ini, bukan karena untuk mengganti kapal selam, tetapi menjaga kedaulatan wilayah Thailand,” kata Jubir kemhan Thanathip Sawangsaeng kepada Reuters. Singapura sebagian membeli alutisistanya dari AS, Prancis, dan Jerman, tetapi mereka juga memiliki industri pertahanan sendiri yaitu ST Engineering. ST Engineering merupakan badan usaha milik Singapura yang memasok angkatan bersenjata Singapura dan memiliki banyak pelanggan dari luar negeri.

    Saat ini negara-negara di ASEAN sedang gencar-gencarnya membangun industri pertahanan dalam negeri, kata Storey.

    “Hal ini disebabkan harga senjata buatan dalam negeri lebih murah daripada buatan luar negeri, dan dalam jangka panjang produk tersebut bisa di ekspor, hal ini berlaku di Indonesia karena memiliki pengalaman di embargo seperti negara Amerika Serikat.”

    Sumber : Reuters/MIK
    Readmore --> Konflik LCS, Penyebab ASEAN Memperbarui Kekuatan Alutsista

    TNI AU Kembali Aktifkan ACMI Pekanbaru

    Jakarta - Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Imam Sufaat, secara resmi mengaktifkan kembali pengoperasian Air Combat Maneuvering Instrumentation (ACMI) di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Kamis (13/12). Peresmian ditandai dengan penandatangan prasasti dan pembukaan kain selubung papan nama ACMI.

    KSAU menyampaikan pentingnya pengaktifan kembali ACMI Lanud Roesmin Nurjadin. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan penerbang TNI Angkatan Udara, terutama dalam melaksanakan pertempuran di udara. Selain mampu memantau secara langsung pergerakan pesawat, ACMI secara real time juga mampu menyajikan data tentang posisi, kecepatan dan akurasi penembakan yang dilakukan oleh pesawat tempur saat melaksanakan pertempuran udara, baik pada saat melaksanakan roketing, bombing maupun penembakan dari udara ke udara dan dari udara ke darat.

    “Pengoperasian ACMI merupakan langkah strategis bagi TNI Angkatan Udara dalam melaksanakan tugas kedepan,” katanya melalui siaran pers Kepala Penerangan Lanud Roesmin Nurjadin, Mayor Sus Filfadri yang diterima Jurnal Nasional.

    Danlanud Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Kolonel Pnb Bowo Budiarto mengatakan fasilitas ACMI merupakan fasilitas latihan yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan tempur penerbang Skadron Udara 12. Pada awalnya, ACMI yang diresmikan KSAU merupakan fasilitas latihan yang dulunya bekerja sama dengan RSAF. Seiring dengan kebijakan Mabes TNI, kerja sama tersebut direvisi dan tidak dilanjutkan lagi pada tahun 2003.

    “Mengingat pentingnya fasilitas ACMI bagi penerbang tempur dalam melaksankan pertempuran udara maka Mabesau mengaktifkan kembali sarana dan prasarana latihan ini. Ini merupakan langkah maju dan menunjukkan kepada negara lain bahwa kita mampu mengoperasikan sendiri fasilitas ACMI secara mandiri,” kata Danlanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru.

    Lebih lanjut, Danlanud menyampaikan bahwa seluruh peralatan ACMI sudah direnovasi sesuai kebutuhan latihan. Demikian juga dengan sarana dan prasarana pendukung lainnya. Setelah melalui proses renovasi, ACMI Lanud Roesmin Nurjadin juga telah melaksanakan uji coba dengan menggunakan pesawat Hawk 100/200 dengan hasil baik.

    Setelah meresmikan pengaktifan kembali ACMI Lanud Roesmin Nurjadin, KSAU yang didampingi oleh Asisten Logistik KSAU, Pangkoopsau I, Pangkoopsau II beserta para pejabat Mabesau meninjau langsung ruangan BCDS ACMI yang berfungsi memantau seluruh pergerakan pesawat saat melaksanakan pertempuran di udara termasuk saat melaksanakan roketing, bombing maupun melihat akurasi dari hasil penembakan tersebut.

    Sumber : JURNAS
    Readmore --> TNI AU Kembali Aktifkan ACMI Pekanbaru

    KSAU Minta Alutsista TNI AU Prioritaskan Sasaran Latihan dan Operasi

    Jakarta - Hadirnya beberapa alutsista baru yang dipesan pemerintah untuk TNI Angkatan Udara, maka TNI Angkatan Udara harus mampu memprioritaskan sasaran latihan dan operasi dengan pemanfaatan alokasi jam terbang yang telah ditentukan.

    Demikian diungkapkan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat pada pembukaan Rapat Kerja Teknis Operasi (Rakernisops) TNI Angkatan Udara Tahun 2012 di Markas Besar TNI AU, Cilangkap, Jakarta, Rabu (12/12).

    Menurut Marsekal Imam Sufaat, dari aspek pembinaan profesi operasi, staf operasi harus selalu berupaya untuk mengoptimalkan kekuatan dan kemampuan serta meningkatkan kualitasnya. Karena bagaimanapun canggihnya teknologi yang digunakan, pada akhirnya unsur manusia yang menentukan segala keberhasilan setiap pelaksanaan tugas.

    Melalui Rakernisops selama dua hari ini seluruh peserta rapat melakukan evaluasi dan saling tukar informasi tentang pelaksanaan program kerja Tahun Anggaran 2012. Selanjutnya hasil evaluasi tersebut disusun program kerja TNI Angkatan Udara kedepan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Selain itu, merencanakan kebutuhan jam terbang latihan dan operasi Tahun Anggaran 2013 sesuai alokasi yang sudah ditentukan.

    Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara Marsekal Pertama TNI Azman Yunus melalui siaran persnya, mengatakan Rapat Kerja Teknis Operasi TNI Angkatan Udara diadakan dengan tujuan mengidentifikasi permasalahan dan hambatan serta mendapatkan umpan balik dari pelaksanaan program kerja tahun 2012. Rapat ini diikuti para pejabat Mabesau, Kotama Operasi TNI AU, Lanud tipe “A” dan Lanud Operasional, Komandan Skadron Udara serta jajaran Kohanudnas.

    Sumber : JURNAS
    Readmore --> KSAU Minta Alutsista TNI AU Prioritaskan Sasaran Latihan dan Operasi

    Tuesday, December 11, 2012 | 8:09 AM | 6 Comments

    AS Berharap Tidak Ada Perlombaan Senjata Di ASEAN

    Jakarta - Amerika Serikat tidak menginginkan terjadi perlombaan senjata antarnegara di kawasan Asia Tenggara terkait perkembangan geopolitik terbaru di kawasan ini, termasuk persoalan sengketa di Laut China Selatan.

    Negara adidaya tersebut mengharapkan seluruh pembelian senjata oleh negara-negara di kawasan ini adalah bagian dari rencana jangka panjang negara bersangkutan, bukan sebatas reaksi atas apa yang dilakukan negara tetangga.

    Demikian diungkapkan Mark W Lippert, Asisten Menteri Pertahanan AS untuk Urusan Keamanan Asia Pasifik (APSA), kepada Kompas, di Jakarta, Senin (10/12/2012). Saat wawancara, Lippert didampingi Duta Besar AS untuk Indonesia Scot Marciel.

    Lippert mengatakan, AS hingga saat ini belum melihat perlombaan senjata di negara-negara Asia Tenggara. Menurut dia, kenaikan belanja persenjataan di kawasan itu masih dalam batas wajar terkait pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

    "Negara-negara, seperti Indonesia, Thailand, dan Vietnam, telah berhasil secara ekonomi dan mempunyai kebutuhan sah untuk memodernisasi dan memprofesionalkan militer mereka," ungkap Lippert.

    Meski demikian, ia mengingatkan agar pertumbuhan belanja militer itu tetap dijaga dalam kerangka rencana jangka panjang yang jelas.

    "Kami tidak ingin melihat suatu negara melakukan pembelian (senjata) hanya karena tetangganya membeli (senjata) itu. Kami ingin pembelian itu dilakukan dalam sebuah kerangka perencanaan. Perencanaan yang didasarkan pada situasi ekonomi suatu negara dan kebutuhan keamanan yang terkait," ujarnya.

    Peningkatan belanja

    Seperti diwartakan selama ini, negara-negara di Asia Tenggara seolah sedang berlomba melengkapi angkatan bersenjata mereka dengan persenjataan terbaru. Menurut buku The Military Balance 2012 yang disusun International Institute for Strategic Studies (IISS), belanja sektor pertahanan di kawasan Asia Tenggara secara keseluruhan naik 4,85 persen dalam periode 2010-2011.

    Vietnam, misalnya, membeli enam kapal selam kelas Kilo dari Rusia pada 2009 dan 12 unit pesawat tempur Sukhoi Su-30MK2 pada 2010. Singapura membeli dua kapal selam kelas Archer dari Swedia pada 2011 dan 12 unit pesawat tempur F-15SG dari AS pada 2007.

    Thailand tercatat membeli 49 unit tank tempur utama T-84 Oplot dari Ukraina pada 2011 dan 6 pesawat tempur Gripen dari Swedia pada 2010. Bahkan, Myanmar pun tercatat membeli 20 pesawat tempur MiG-29 Fulcrum dari Rusia pada 2009.

    Indonesia sendiri diketahui sedang dalam proses pembelian tank tempur utama Leopard dari Jerman, kapal selam dari Korea Selatan, dan mendapat hibah pesawat tempur F-16 dari AS.

    IISS menyatakan, peningkatan kemampuan militer sebagian negara di Asia Tenggara tidak didasarkan pada rencana modernisasi yang telah mereka umumkan. Alih-alih, mereka diduga meningkatkan belanja militer itu untuk melawan ”petualangan” China dan negara-negara tetangganya dalam sengketa di Laut China Selatan.

    Sumber : KOMPAS
    Readmore --> AS Berharap Tidak Ada Perlombaan Senjata Di ASEAN

    Monday, December 10, 2012 | 1:06 PM | 2 Comments

    TNI AU Akan Memiliki Tim Akrobatik T-50 Golden Eagle

    Seoul (MIK/WDN)- Dari liputan khusus Asia Ekonomi, terlihat sebuah pesawat latih canggih T-50 milik Tim akrobatik TNI AU, saat repoter Asia Ekonomi di bidang pertahanan pesawat tersebut saat melakukan kunjungan wawancara Pihak Korea Aerospace Industries (KAI).

    KAI pada tahun lalu telah menandatangani kontrak untuk pengadaan 16 unit pesawat latih T-50 akan selesai akhir tahun depan, Indonesia akan menggunakan pesawat tersebut untuk pesawat latih khusus. Saat ini KAI telah melakukan pengecatan khusus pesanan Indonesia untuk tim akrobatik.

    TNI AU menginginkan empat dari enam pesawat tersebut menggunakan corak sesuai dengan tim akrobatik “Black Eagles” Korea Air Force, selain itu TNI AU juga akan membangun pusat pelatihan agar bisa terintegrasi dengan pusat pelatihan pilot pesawat tempur lainnya. TNI juga menginginkan corak pesawat khas Indonesia dimana satu pesawat mempunyai corak tiga warna yang berbeda tapi mirip dengan “Black Eagles” ROKAF.

    Corak Black Eagles sendiri menggunakan warna hitam dan kuning sedangkan T-50 TNI AU menggunakan corak warna biru dan kuning. Black Eagles sendiri telah masuk dalam jajaran tim akrobatik ROKAF sejak Oktober 2007 untuk menggantikan pesawat A-37 Dragonfly yang sudah uzur. Black Eagles menggunakan T-50 karena memiliki kemampuan pesawat supersonik.

    Sumber : ASIAE/MIK
    Readmore --> TNI AU Akan Memiliki Tim Akrobatik T-50 Golden Eagle

     

    Pengikut

    Copyright © 2010 - All right reserved | Template design by ADMIN | Published by MAJU INDONESIA KU
    Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome and opera.