ALUTSISTA ARDAVA BERITA HANKAM CAKRA 401 SUBMARINE DEFENSE STUDIES INDO-DEFENSE INDONESIA DEFENSE INDONESIA TEKNOLOGI RINDAM V BRAWIJAYA THE INDO MILITER
Formil MIK Formil Kaskus Formil Detik.COM
PT.DI LAPAN LEN NUKLIR PAL PINDAD RADAR RANPUR ROKET RUDAL SATELIT SENJATA TANK/MBT UAV
TNI AD TNI AL TNI AU
HELIKOPTER KAPAL ANGKUT KAPAL INDUK KAPAL LATIH KAPAL PATROLI KAPAL PERANG KAPAL PERUSAK KAPAL SELAM PESAWAT TEMPUR PESAWAT ANGKUT PESAWAT BOMBER PESAWAT LATIH PESAWAT PATROLI PESAWAT TANKER
KOPASSUS PASUKAN PERDAMAIAN PERBATASAN
  • PERTAHANAN
  • POLRI POLISI MILITER
  • PBB
  • NATO BIN DMC TERORIS
    AMERIKA LATIN AMERIKA UTARA BRASIL USA VENEZUELA
    AFGANISTAN ETHIOPIA IRAN ISRAEL KAZAKHTAN KYRGYZTAN LEBANON LIBYA MESIR OMAN PALESTINA TIMUR TENGAH YAMAN
    ASEAN AUSTRALIA Bangladesh BRUNAI CHINA INDIA INDONESIA JEPANG KAMBOJA KORSEL KORUT
    MALAYSIA Selandia Baru PAKISTAN PAPUA NUGINI Filipina SINGAPURA SRI LANGKA TAIWAN TIMOR LESTE
    BELANDA BULGARIA INGGRIS ITALIA JERMAN ROMANIA RUSIA UKRAINA
    MIK News empty empty R.1 empty R.2 empty R.3 empty R.4

    ATTENTION


    PERHATIAN

    "Bagi Sobat Readers ingin mempublikasikan kembali tulisan ini di website atau blog Sobat Readers, mohon cantumkan link aktif artikel yang bersangkutan termasuk semua link yang ada di dalam artikel tersebut Atau Silahkan Hubungi Admin Melalui Chat Box/Shout Box/E-mail yang tertera di bawah .

    ADMIN
    steven_andrianus_xxx@yahoo.co.id

    Kategori »

    INDONESIA (4794) TNI (1147) ALUTSISTA (984) TNI AL (721) TNI AU (694) Pesawat Tempur (684) USA (597) Industri Pertahanan (564) PERBATASAN (447) KOREA (400) Kerja Sama (400) RUSIA (382) Teknologi (315) TNI AD (306) Kapal Perang (281) Pesawat Angkut (276) Anggaran (249) PERTAHANAN (235) CHINA (232) MALAYSIA (225) Tank (218) DI (210) Kapal Selam (201) Rudal (165) Helikopter (159) Pindad (145) KORUT (140) ASEAN (127) POLRI (126) Kapal Angkut (119) DMC (114) AUSTRALIA (107) PAL (106) Kapal Patroli (99) EROPA (98) Senjata (94) Pesawat Latih (93) TIMTENG (93) UAV (87) Nuklir (84) Pasukan Perdamaian (84) Teroris (83) ISRAEL (81) Radar (75) Kopassus (74) SINGAPORE (74) INDIA (72) IRAN (71) Ranpur (70) Africa (69) Roket (67) JAPAN (60) INGGRIS (59) LAPAN (59) PBB (59) jerman (57) Pesawat Patroli (56) LEBANON (55) Satelit (54) kapal latih (47) PRANCIS (45) BELANDA (41) THAILAND (36) BRAZIL (35) Philippines (35) TAIWAN (35) TIMOR TIMUR (31) VIETNAM (29) Inteligen (27) NATO (25) BRUNEI (24) Korvet (22) LIBYA (22) PAKISTAN (22) PALESTINA (21) Amerika Latin (16) KAPAL INDUK (16) English News (15) PAPUA NUGINI (15) BIN (14) ITALIA (14) VENEZUELA (14) KAMBOJA (13) ASIA (12) AFGANISTAN (11) POLANDIA (11) PT. LEN (9) Pesawat Bomber (9) Frigates (8) UKRAINE (7) Amerika Utara (6) Kapal Perusak (6) Berita Foto (5) Georgia (5) UEA (5) YAMAN (5) EGIPT (4) New Zealand (4) Pesawat Tanker (4) SRI LANKA (4) BANGLADESH (3) BULGARIA (3) YUNANI (3) HAITI (2) KAZAKHTAN (2) Polisi Militer (2) ROMANIA (2) \ (1)

    Total Pageviews

    Berita Terpopuler

    Powered by Blogger.

    Saturday, August 4, 2012 | 7:48 PM | 1 Comments

    Menristek : Indonesia Akan Luncurkan RX-550 Pada Akhir Agustus

    Jakarta - Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta, mengatakan tahun ini Indonesia sudah siap meluncurkan roket RX-550 (Kaliber 550mm) dengan jangkauan 300 km yang akan membawa peralatan pengukur atmosfer.

    "Kita sedang mengembangkan roket RX-550 dan siap meluncurkannya tahun ini," kata Menristek dalam jumpa pers tentang peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-17 di Jakarta, Jumat (03/8/2012).

    Roket RX-550 yang merupakan roket terbesar yang pernah dikembangkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menjadi bukti atas kemampuan bangsa Indonesia mengembangkan teknologi tinggi, ujarnya.

    Sementara itu, Kepala Lapan Bambang Tedjasukmana mengatakan, setelah Idul Fitri atau sekitar akhir Agustus hingga September pihaknya akan melakukan uji statik roket RX-550 untuk yang kedua kalinya.

    "Uji statik roket ini merupakan uji di darat untuk mengetahui kinerjanya misalnya daya dorongnya saat akan tinggal landas, atau kemulusannya saat dinyalakan," katanya.

    Setelah uji statik bisa dilalui, RX-550 akan diuji terbang, agar tahun depan roket ini bisa diluncurkan, ujarnya.

    Untuk peluncuran tersebut, ujar Bambang, pihaknya akan bekerja sama dengan Pemda Morotai, Maluku Utara, karena RX-550 akan diterbangkan dari Morotai yang lokasinya sangat bagus untuk peluncuran roket.

    "Morotai itu langsung menghadap Pasifik, jadinya roket Sonda ini akan langsung dilepas di atas samudra Pasifik untuk keperluan pengukuran atmosfer," katanya.

    Sumber : SERUU
    Readmore --> Menristek : Indonesia Akan Luncurkan RX-550 Pada Akhir Agustus

    TNI AU Segera Di Perkuat 2 Unit Pesawat Tempur 4,5 Gen KFX

    Jakarta - Modernisasi militer terus diupayakan oleh pemerintah. Dalam waktu dekat, dua unit pesawat tempur jenis KFX Generasi 4,5 akan tiba di Tanah Air.

    "Sekarang sedang dalam pembuatan di Korea Selatan di mana 27 teknisi dari Indonesia juga ikut di sana. Sudah tujuh bulan ini mereka di sana, ada dari PT Dirgantara Indonesia, ITB, dan TNI-AU. Akhir tahun ini akan tiba dua unit," ujar Kapuskom Kementerian Pertahanan Brigjen Hartind Asrin di Jakarta, Jumat (3/8).

    KFX Generasi 4,5 itu, kata dia, merupakan pengembangan teknologi pesawat tempur generasi 4 yang sudah dimiliki Indonesia saat ini. "Tentu saja ini ada kemajuan dalam teknologi, baik dari sisi daya jelajah, kecepatan, manuver yang lebih canggih. Setara dengan F-35 yang dimiliki Amerika Serikat saat ini," jelas Asrind.

    Ia menambahkan, pabrikan di Korea Selatan secara keseluruhan sedang mengerjakan 50 unit pesawat KFX yang rencananya selesai pada 2020. "Dalam kesepakatan, untuk kita jumlahnya 50 KFX, itu pengerjaannya sampai 2020. Jadi kita tunggu saja," tambahnya.

    Asrin menjelaskan, pengadaan pesawat tempur itu sejalan dengan Rencana Strategis Pengembangan Postur Pertahanan Nasional yang mengutamakan modernisasi militer pada alat utama sistem persenjataan (alutsista) bergerak seperti pesawat tempur, main battle tank, dan kapal selam. "Kita tidak bisa main-main dengan pertahanan. Kalau alat-alat pertahanan semakin canggih, kita juga akan makin disegani," tandas Asrin.

    Sumber : Metronews TV
    Readmore --> TNI AU Segera Di Perkuat 2 Unit Pesawat Tempur 4,5 Gen KFX

    Friday, August 3, 2012 | 11:25 AM | 0 Comments

    Menhan Tinjau Data Center Kemhan RI

    Jakarta – Disela-sela hari kerjanya, Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro, Kamis Pagi (2/8) menyempatkan untuk meninjau salah satu fasilitas sistem informasi data-data kedinasan Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan TNI Data Center atau Sisfo Hanneg yang berada di Gedung Tendean, Kemhan Jakarta.

    Menhan yang didampingi Karo TU Brigjen TNI Drs. Herry Noorwanto, M.A., Kapusdatin Kemhan, Brigjen TNI Akhmad Buldan, M.A, Kapuskom Publik Kemhan, Brigjen TNI Hartind Asrin, dan Karoum Setjen Kemhan, Marsma, TNI Mochamad Sofiudin meninjau sarana prasarana Data Center yang dikelola oleh Pudatin Kemhan.

    Menurut Kapusdatin Kemhan, Data Center atau sisfo hanneg ini adalah suatu fasilitas yang berfungsi untuk penerimaan, penyimpanan dan penyampaian data-data yang penting mencakup data personil, data logistik, data transportasi dan data-data lain untuk mendukung kedinasan Kemhan dan TNI.

    Kapusdatin mengungkapkan Data Center yang baru saja di kembangkan tersebut dilengkapi dengan Teknologi Sistem Informasi, Geographic Information System (GIS). dan Bisnis Intelejen (BI).

    Dijelaskan Kapusdatin, Teknologi Sistem Informasi, Geogrphic Information System (GIS) merupakan peta digital yang ditumpangi oleh data sebagai informasi pendukung yang dibutuhkan saat terjadi bencana alam dan bahaya lainnya. “ Misalnya saja terjadi bencana di suatu tempat, dan pada saat dilokalisir melalui informasi dari satuan-satuan didaerah maka akan terlihat di sekitar daerah itu apa saja yang bisa diberdayakan untuk mengantisipasi bencana tersebut,” Ungkap Kapusdatin.

    Sementara itu terkait teknologi Bisnis Intelejen (BI), bertujuan untuk mengelola arus informasi data yang diterima dari Pusat Pengolahan Data setiap Angkatan yang ada di daerah, sampai kepada pimpinan Kemhan dan TNI untuk mengambil suatu keputusan.“ Disebut Bisnis Intelejen adalah suatu proses kerja atau manajemen sistem informasi pada setiap Satker di internal Kemhan dan TNI yang telah didukung oleh teknologi informasi yang tercanggih,” Jelas Kapusdatin.

    Disamping itu Data Center juga sudah di lengkapi dengan beberapa pengamanan baik perangkat keras dan perangkat lunak untuk mencegah ancaman bahaya kejahatan yang bersifat Cyber Crime ataupun yang ditimbulkan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Kapusdatin berpendapat selain dari sisi teknologi komputer, kerawanan kejahatan bisa terjadi dari sisi SDM sebagai operator yang bisa dan kapan saja mengeluarkan data-data rahasia kepada publik.

    Kapusdatin mengharapkan, dengan adanya fasilitas Data Center saat ini, seluruh Satker yang ada di bawah Kemhan dan TNI khususnya yang ada di daerah bersedia untuk menyampaikan data-data ataupun informasi terkait kepentingan pertahanan dan keamanan. Selain itu diharapkan juga diantara satker-satker antar Kemhan dan TNI dapat berkoordinasi melalui sistem yang dibangun pada Data Center dalam rangka menyajikan data dan informasi kepada pimpinan.

    Kapusdatin mengungkapkan rencana kedepannya, juga akan dibangun infrastruktur dan jaringan sistem informasi yang berguna sebagai fasilitas pengelolaan data antara Kemhan dengan beberapa Kementerian dan Lembaga pemerintah terkait.

    Sumber : DMC
    Readmore --> Menhan Tinjau Data Center Kemhan RI

    Dubes Ukraina : Kami Berharap Mendongkrak Bisnis Alutsista Di Indonesia

    Jakarta - Sejak menjadi negara sendiri, 20 tahun silam, Ukraina memang sudah menjalin kerja sama dengan berbagai negara. "Termasuk dengan Indonesia," kata Duta Besar (Dubes) Ukraina untuk Indonesia Volodymyr Pakhil, kemarin, dalam perbincangan dengan Kompas.com di Kedutaan Besar Ukraina, kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta.

    Ukraina awalnya memang menjadi salah satu negara bagian Uni Soviet. Pascaruntuhnya Uni Soviet pada 1991, Ukraina pun memproklamasikan diri menjadi negara merdeka. "Pada 11 Juni 2012, Ukraina dan Indonesia merayakan 20 tahun hubungan diplomatik," kata Pakhil.

    Dalam kerangka hubungan diplomatik itu, lanjut Pakhil, kerja sama perdagangan kedua negara memang sedikit demi sedikit mengalami peningkatan. Menurut catatan pria kelahiran 14 Agustus 1960 ini, sampai dengan 2011, transaksi perdagangan kedua negara mencapai angka 1 miliar dollar AS.

    Tentunya, imbuh, Pakhil, pada masa mendatang, angka tersebut bisa merangkak naik. Pasalnya, di samping kerja sama perdagangan bidang metalurgi, kimia, penyulingan minyak bumi, hingga pembangunan kapal serta komoditas lainnya, nilai perdagangan antara Ukraina dan Indonesia bisa terdongkrak lewat bisnis perlengkapan militer. "Apalagi, Indonesia tengah berupaya membenahi dan memperbarui angkatan bersenjatanya," kata pakar hukum lulusan Lviv State University pada 1984 yang ditunjuk Presiden Ukraina Viktor Yanukovich menjadi Dubes untuk Indonesia pada Februari 2012 ini.

    Industri militer

    Ukraina, terang Pakhil, menjadi salah satu ikon industri militer sejak era Uni Soviet. Adalah Kharkiv, kota terbesar kedua setelah ibu kota Kyiv, yang sampai kini menjadi basis industri militer.

    Kota seluas 310 kilometer persegi ini berada di timur laut Ukraina. Menurut catatan sejarah, tokoh Ivan Karkach yang pada 1654 mulai membangun kota ini. Kharkiv yang berada di ketinggian 152 meter di atas permukaan laut itu cuma 45 kilometer dari perbatasan dengan Rusia.

    Di Kharkiv, sampai sekarang, ada kompleks industri militer yang menjadi andalan pertumbuhan ekonomi Ukraina. Di dalam kompleks itu ada 85 organisasi ilmiah yang fokus pada pengembangan persenjataan dan peralatan militer dengan penggunaan berbeda.

    Salah satu bagian dari kompleks itu adalah industri kedirgantaraan. Di situ ada 18 biro desain dan 64 perusahaan.

    Lalu, bagian lain adalah industri maritim. Di dalamnya ada 15 lembaga penelitian dan pengembangan, 40 biro desain, dan 67 pabrik. Rancangan yang sudah terwujud di bidang ini adalah kapal penjelajah berat serta kapal ukuran besar dan kecil bersenjata peluru kendali antikapal selam.

    Sementara itu, masih menurut Pakhil, pada industri roket di kompleks tersebut, rancangan dibuat oleh 6 biro desain. Kemudian, roket, proyektil, rudal, dan amunisi diproduksi oleh 28 pabrik.

    Tak cuma itu, Ukraina, tutur Pakhil, adalah produsen besar peralatan militer tank. Di Kharkiv pula, Ukraina membuat main battle tank (MBT) Bulat. "Kami menawarkan tank jenis ini ke Indonesia," kata Pakhil.

    MBT Bulat yang berbobot 45 ton tersebut awalnya adalah tank legendaris Uni Soviet kelas T-64 karya Alexander A. Morozov pada 1960an. Sebelumnya, T-54 adalah generasi pertama kelas tersebut.

    Varian lain dari kelas T adalah T-72 dan T-80. Sampai sekarang, tank-tank kelas T masih menjadi andalan militer negara-negara bekas Uni Soviet seperti Rusia, Ukraina, Belarus, Moldova, dan Uzbekistan.

    Bulat yang diproduksi oleh perusahaan negara Ukraina, Ukrspecexport, kini komplet dengan senjata otomatis antipesawat udara. Senjata ini terintegrasi secara digital.

    Mengklaim Bulat lebih murah harganya ketimbang tank-tank MBT buatan negara-negara Eropa Barat, Ukraina, lanjut Pakhil, bahkan sudah siap mengirimkan 50 unit Bulat ke Indonesia tahun ini, andai Indonesia menerima penawaran dimaksud. "Dengan bujet 280 juta dollar AS yang dimiliki Indonesia, lebih dari 100 unit MBT Bulat bisa menjadi bagian dari sistem pertahanan militer Indonesia," demikian Volodymyr Pakhil.

    Sumber : KOMPAS
    Readmore --> Dubes Ukraina : Kami Berharap Mendongkrak Bisnis Alutsista Di Indonesia

    Indonesia Harus Tiru Industri Pertahanan India

    Mumbai - India dalam dua dekade ini tidak hanya dipandang sebagai negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi tinggi. Kini, India juga dianggap sebagai negara dengan kekuatan bersenjata yang sangat diperhitungkan negara-negara lain.

    Atase Pertahanan Kedutaan Besar RI (KBRI) di India, Letkol Laut I Putu Arya Angga Suardika mengungkapkan, India banyak bekerjasama dengan Rusia dalam bidang persenjataan, termasuk untuk pengembangan industri pertahanan. "Saat ini India adalah negara dengan anggaran terbesar untuk mengimpor industri pertahanan," kata Putu pada sela-sela acara kunjungan Ketua DPR RI Marzuki Alie di India, Kamis (2/7).

    Putu menjelaskan, India terlibat dalam empat kali peperangan melawan Pakistan terkait konflik wilayah di Kashmir. Karenanya pula, kata Putu, India terus berupaya mengembangkan industri pertahanannya agar tidak tergantung pada negara lain.

    "India terus memperkuat industri pertahananannya. Kita perlu mencermati hal ini," ucapnya.

    Sedangkan Duta Besar RI untuk India, Andhi M Ghalib menyatakan bahwa India telah tumbuh menjadi salah satu kekuatan pertahanan yang diperhitungkan di dunia. India, kata Ghalib, sudah mampu menciptakan peluru kendali (rudal) antarbenua bernama Agni dengan radius jelajah hingga 5000 mil. "India ini bangsa yang cerdas, termasuk dari segi pertahanan," ucap Ghalib.

    Pensiunan TNI Angkatan Darat dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal itu pun menyarankan pemerintah Indonesia agar mulai belajar dari India dalam pengadaan persenjataan. Jika perlu, lanjut Ghalib, Indonesia mengubah mindset tentang persenjataan yang selama ini hanya berkiblat ke Eropa menjadi ke India. "Komisi I DPR yang membidangi pertahanan bisa mendorong hal ini," sebutnya.

    Menanggapi hal itu, anggota Komisi I DPR, Sidharto Danusubroto mengaku setuju dengan pandangan Ghalib. "Bukan hanya dalam hal senjata, tapi juga segalanya. Jangan kita hanya beralih ke look east, tapi langsung look India!" cetusnya.

    Sedangkan Ketua DPR RI Marzuki Alie menyatakan, Indonesia harus mengembangkan industri-industri strategisnya. "Mindset-nya jangan hanya membeli, tapi bagaimana kita bisa membuat dan memberdayakannya," ucapnya.

    Sumber : JPNN
    Readmore --> Indonesia Harus Tiru Industri Pertahanan India

    Menhan : Kemhan Fokuskan Modernisasi Militer pada Alutsista Bergerak

    Jakarta - Dalam acara buka bersama Kementerian Pertahanan dengan para pimpinan redaksi media massa, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro memaparkan bahwa pemerintah fokus memodernisasikan militernya pada Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) yang bergerak.

    "Target modernisasi militer pada Renstra (Rencana Strategis) tahun 2012 sampai 2014 diprioritaskan pada Alutsista yang bergerak," ujar Purnomo di Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, Kamis (2/8/2012).

    Purnomo menjelaskan, Alutsista yang bergerak seperti kendaraan tempur, pesawat tempur dan kapal selam serta sistem persenjataannya.

    Sedangkan, untuk mewujudkan profesionalitas TNI, tentunya Alutsista yang digunakan harus memenuhi standar spesifikasi teknis sesuai kebutuhan TNI sebagai pengguna.

    Oleh karena itu, Indonesia tidak saja mendatangkan Alutsista dari mancanegara, melainkan juga memproduksi sendiri dalam rangka merevitalisasi industri pertahanan dalam negeri termasuk upaya Joint Production serta kegiatan Transfer of Technologi (ToT).

    "Sehingga program revitalisasi industri pertahanan dalam negeri tidak lain dimaksudkan untuk mendorong terwujudnya kemandirian Alutsista," kata Purnomo.

    Lebih lanjut, Menhan Purnomo berharap kepada pihak media massa untuk dapat mendorong upaya Kemhan dalam membangun postur pertahanan negara.

    Dengan demikian, pemberitaan di berbagai media massa tentang postur pertahanan negara dapat menimbulkan efek Deterrent yang membuat Indonesia disegani dan diperhitungkan sebagai suatu kekuatan yang menentukan kerja sama pertahanan demi menjaga stabilitas keamanan nasional dan regional.

    Sumber : Tribunnews
    Readmore --> Menhan : Kemhan Fokuskan Modernisasi Militer pada Alutsista Bergerak

    Thursday, August 2, 2012 | 12:48 PM | 0 Comments

    TNI AU : Peta Jalan Zero Accident Disosialisasikan

    Magetan - Satu faktor yang sering menyumbang kecelakaan kerja dan kecelakaan penerbangan adalah unsur manusia, yang bisa alpa dalam menjalankan prosedur standar.

    Zero Accident dalam dunia penerbangan militer juga hal yang sangat sulit dicapai karena karakter manusia pengawak. Akan tetapi Zero Accident merupakan suatu tujuan yang dapat dicapai bila didukung dengan program keselamatan secara berkelanjutan.

    Oleh karena itu program keselamatan kerja dan penerbangan harus jadi prioritas utama guna mewujudkan Zero Accident di setiap jajaran TNI AU. Matra udara TNI ini memiliki organ bernama Dinas Keselamatan Penerbangan dan Kerja TNI AU yang dipimpin seorang marsekal pertama.

    Kepala Dinas Keselamatan Penerbangan dan Kerja TNI AU, Marsekal Pertama TNI Ras Rendro Bowo, beserta rombongan hadir di Pangkalan Utama TNI AU Iswahjudi, Madiun, jawa Timur, memberi pembekalan tentang Keselamatan Terbang dan Kerja kepada personel-personel setempat.

    Di pangkalan udara utama itulah berdiam Skadron Udara 3, Skuadron Udara 14, Skuadron Udara 15, Skuadron Teknik 042, berbagai alat dan perlengkapan tempur, basis operasi, dan Depo Pemeliharaan 20 dan Depo Pemeliharaan 60.

    Intinya, Rendro Bowo menjelaskan peta jalan Zero Accident kepada mereka, mulai dari tataran paling rendah ke paling tinggi. "Keselamatan terbang dan kerja sangat penting. Yang terpenting percaya diri dan profesional serta berdoa sebelum melaksanakan pekerjaan," katanya.

    Budaya menjunjung tinggi keselamatan penerbangan dan kerja masih belum terwujud secara menyeluruh dan masih perlunya waskat terhadap pelaksanaan tugas.

    Lebih lanjut dikatakan faktor-faktor penyebab kecelakaan diantaranya faktor manusia, materiil, media, misi dan manajemen. Sedangkan untuk mencegah terjadinya accident diperlukan tindakan preventif dan proaktif.

    Sumber : ANTARA
    Readmore --> TNI AU : Peta Jalan Zero Accident Disosialisasikan

    Kisah Jatuh Bangun PT DI Selama 36 Tahun

    Bandung - PT Dirgantara Indonesia (Persero), akrab disebut ringkas PTDI, adalah salah satu industri kedirgantaraan terkemuka Asia yang berpengalaman dan berkompetensi dalam rancang bangun, pengembangan, dan manufaktur pesawat terbang. Agustus ini PTDI memasuki usia 36 tahun. Usia yang seharusnya membuat satu perusahaan sukses.

    Namun karena sejumlah faktor, diantaranya krisis moneter 1997-2000, PTDI harus menjalani keadaan jatuh bangun. Bukan hal mudah mempertahankan keberadaan sebuah perusahaan, apalagi perusahaan kedirgantaraan.

    PTDI resmi berdiri pada 23 Agustus 1976, namun aktivitas pembuatan pesawat terbang telah berlangsung setahun setelah Indonesia merdeka, ditandai dengan tdibentuknya Biro Rencana dan Konstruksi Pesawat pada Tentara Republik Indonesia (TRI) tahun 1946.

    Semula berkedudukan di Madiun, aktivitas itu kemudiann dipusatkan di Bandung. Lalu, pada 1953, mendapat wadah baru bernama Seksi Percobaan. Empat tahun kemudian menjadi Sub-Depot Penyelidikan, Percobaan dan Pembuatan Pesawat Terbang.

    Pada 1960, ditingkatkan menjadi Lembaga Persiapan Industri Penerbangan (LAPIP). Lima tahuh setelah itu berubah menjadi Komando Pelaksana Industri Pesawat Terbang (KOPELAPIP).

    Pada 1966 KOPELAPIP digabungkan dengan PN Industri Pesawat Terbang Berdikari menjadi Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio (LIPNUR) dengan produk yang dihasilkan antara lain pesawat Sikumbang, Belalang 85/90, Kunang, Super Kunang, Gelatik / PZL-Wilga (lisensi dari Ceko–Polandia).

    Tahun 1975, PT Pertamina membentuk Divisi Advanced Technology dan Teknologi Penerbangan (ATTP) untuk menyiapkan infrastruktur bagi industri kedirgantaraan Indonesia.

    Berdasarkan Akte Notaris No.15 tanggal 24 April 1976, berdirilah PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio yang dipimpin Prof. Dr. Ing. B.J.Habibie dengan menggunakan aset gabungan LIPNUR dan ATTP, berupa dua hanggar, beberapa mesin konvensional dan sekitar 500 karyawan.

    Program utamanya memproduksi Helikopter NB)-105 (lisensi MBB) dan NC212(lisensi CASA Spanyol).

    Perusahaan ini resmi didirikan pada 23 Agustus 1976 oleh Presiden Republik Indonesia.

    Tiga tahun kemudian, bersama-sama CASA Spanyol, perusahaan ini merancang pesawat baru CN235 yang kini dioperasikan banyak negara di dunia, termasuk jenis pesawat serba bisa tidak mengenal tua yang mampu berperan pada segala zaman seperti C-130 buatan Lockheed, Amerika Serikat.

    Pada April 1986, melalui Keputusan Presiden (Kepres) no.15/1986 dan Rapat Umum Pemegang Saham, nama PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio diganti menjadi PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN).

    Pada priode ini, IPTN secara mandiri telah berhasil membuat rancang bangun pesawat terbang N-250.

    Didesak perubahan lingkungan eksternal, perusahaan mereorientasi bisnisnya dengan diantaranya mengubah nama menjadi PT Dirgantara Indonesia (PTDI).

    Nama baru ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia pada 24 Agustus 2000.

    Dengan visi perusahaan menjadi perusahaan kelas dunia dalam industri dirgantara berbasis teknologi tinggi dan mampu bersaing di pasar global mengandalkan keunggulan biaya, PTDI membangun bisnisnya dalam beberapa penggolongan pekerjaan, Aircraft Integration, Aerostructure, Aircraft Services, Teknologi dan Pengembangan,

    Pengakuan di tengah keprihatinan

    Kemampuan dan keberhasilan PTDI dalam menguasai teknologi yang diterapkan dalam bidang desians, manufaktur, jaminan kualitas, dukungan produk, pemeliharaan dan overhaul pesawat terbang, membuat PTDI memperoleh berbagai sertifikasi pengakuan dari pihak otoritas , baik dalam negeri maupun luar negeri.

    Penguasaan teknologi dan pengakuan dunia telah membuat peran PTDI dalam pembangunan nasional sangat terasa dengan diproduksi dan dipasarkannya produk-produk dan jasa pesawat terbang ke pasar global. Ini menghasilkan devisa dan pajak bagi negara.

    PTDI juga menghasilkan SDM kedirgantaraan profesional yang berdampak positif pada industri lainnya.

    PTDI juga secara nyata telah memberi kontribusi pada kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista) Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.

    PTDI masih terus memproduksi pesawat CN235 sebagai produk unggulan, di samping NC212 dan helikopter (Superpuma dan Bell 412), dan membangun produk terbaru N-219 yang berkapasitas 19 orang penumpang yang dirancang untuk melayani kebutuhan penerbangan perintis.

    Untuk meningkatkan prospek bisnisnya, PTDI bekerjasama dengan Airbus Military untuk memproduksi dan memasarkan C295 di Asia Pasifik.

    Pesawat ini basisnya adalah CN-235 sehingga pengerjaannya tidak mmemerlukan upaya lebih.

    amun menginjak umur 36 tahun, PTDI boleh disebut belum mampu berdiri tegak karena dibelik banyaknya persoalan.

    Berawal dari krissis moneter yang menimpa Indonesia pada 1997, dilanjutkan dengan Letter of Intent (LoI) pemerintah Indonesia dan IMF pada 1998, membuat Indonesia salah satunya tidak boleh lagi berdagang pesawat sehingga pemerintah tidak boleh lagi mengucurkan dana kepada PTDI yang saat itu bernama PT IPTN).

    Padahal saat itu PTDI telah menerima order milyaran dolar AS untuk produksi pesawat N250.

    Sejumlah teknologi dan peralatan sudah didatangkan, semua siap memproduksi N250 (pesawat hasil rancang bangun karyawan-karyawati PTDI), bahkan prototipe N250 juga sudah dibuat dua buah dan diterbangkan, siap jual serta tinggal menunggu proses sertifikasi saja.

    PTDI juga telah merekrut karyawan begitu banyak sehingga total karyawan menjadi 17.000 karyawan. Ini total karyawan yang pantas untuk sebuah perusahaan dirgantara yang memang padat SDM. Sebagai perbandingan, Boeing memiliki personil sangat besar, 150.000 orang.

    Namun kesepakatan dengan IMF itu menghancurkan mimpi. Proyek N250 batal, sementara perusahaan harus memikirkan cara menghidupi karyawan yang terlanjur direkrut itu.

    Akibatnya manajemen PTDI menawarkaan pensiun atas permintaan sendiri (APS).

    Priode 1999 - 2001, PTDI berusaha bangkit dengan mengembangkan unit-unit bisnis, agar perusahaan tetap menjalankan roda bisnisnya. Pada priode ini, PTDI sempat menikmati keuntungan usaha.

    Namun kemudian kian besarnya demonstrasi membuat kinerja PTDI merosot drastis, dan citra pun terkikis.

    Pada 2003, manajemen PTDI memutuskan mengambil upaya penyelamatan dengan merumahkan seluruh karyawan, kecuali sebagian kecil yang benar-benar dibutuhkan.

    Beberapa bulan kemudian karyawan dipanggil untuk bekerja kembali namun melalui saringan ujian tes tulis dan tes kompetensi.

    Tahun 2004), sebanyak 6.561 karyawan di-PHK.

    Berkurangnya karyawan, tidak membuat perusahaan menjadi efisien dan efektif. Hal tragis terjadi pada September 2007 ketika PTDI dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Jakarta. Namun Desember tahun itu juga, statud pailit itu dicabut. Akal sehat bangsa ini ternyata masih logis.

    Pada 2008 - 2009, PTDI berusaha bangkit kembali. Penjualan senilai Rp557 milyar pun diraup.

    Hingga 2010, nilai penjualan PTDI meningkat kurang lebih Rp1 trilyun. Tapi PTDI sejatinya masih merugi. Keuntungan yang didapat belum bisa menutupi pengeluaran.

    Sampai akhir 2011, jikaa tidak didukung dana talangan pemerintah, PTDI diprediksi mengalami defisit arus kas senilai Rp675 milyar akibat beberapa faktor seperti kesulitan likuiditas untuk membiayai pekerjaan yang sudah terkontrak dan tekanan beban operasional.

    Itulah, serentetan masalah yang dialami PTDI dalam masa surut demi mempertahankan diri sebagai industri kebanggaan Indonesia tercinta ini.

    Bangun kembali Hingar bingar PTDI terdengar sampai ke wilayah terpencil. Demontrassi eks karyawan PTDI untuk menjatuhkan perusahaan selalu menjadi headline suratkabar-suratkabar terkemuka.

    Begitu juga kerasnya suara beberapa wakil rakyat yang menginginkan PTDI dibubarkan karena terus merugi.

    Namun semua itu mampu dilalui PTDI dengan penuh sabar dan kerja keras. Semua usaha yang dapat menghasilkan duit telah dilakukan.

    Hasilnya, PTDI bangkit kembali. Masa sulit telah dilewati.

    Pemerintah juga mulai serius melihat PTDI dengan menunjuk PT. PPA (Perusahaan Pengelola Aset) untuk merestrukturisasi dan merevitalisasi PTDI.

    Sayap bisnis kembali mengepak untuk terbang membawa PTDI menjadi perusahaan yang sehat dan stabil.

    Di balik gerakan bangun kembali ini, berdiri kokoh jajaran manajemen puncak, menengah dan bawah dengan idealisme tinggi membangun PTDI.

    Sambil menunggu turunnya dana program restrukturisasi dan revitalisasin sekitar Rp2 trilyun --tahap pertama Rp1 trilyun pada 2012 dan sisanya tahun 2013-- beberapa pekerjaan tuntas dikerjakan.

    Menunjukkan kemajuan

    Pada periode ini PTDI diam-diam mencatat satu demi satu keberhasilan bisnis, diantaranya mengirimkan 2000 komponen Airbus A320/A321, pesanan empat unit pesawat intai maritime canggih CN235 Korean Coast Guard, mengirimkan tailboom MK II EC725 / EC225 ke EuroCopter dan kontrak kerjasama dengan Airbus untuk pembuatan sembilan unit pesawat transportasi militer C295 untuk TNI AU.

    Catatan istimewa, sejak 2011 PTDI telah disertakan dalam pekerjaaan rancang bangun oleh Airbus Industries dalam proyek pesawat komersil berbadan lebar untuk masa depan, Airbus A350.

    Juli lalu, PTDI bersinergi dengan PT Merpati Nusantara (Persero) untuk pembuatan 20 unit pesawat NC212-400.

    Sebelumnya, PTDI menandatangani nota kesepahaman pembelian 20 unit N219 dengan PT NBA yang meski menghasilkan pesawat kelas kecil tetapi punya arti strategis, baik bagi kepentingan negara 17.000 pulau ini, maupun bagi PTDI.

    Catatan istimewa lain dalah kesertaan PTDI sebagai pembuat tunggal komponen penting sayap A380, pesawat komersil bertingkat dua dan terbesar dunia sekarang ini.

    Catatan keberhasilan ini berlanjut dengan dipesannya tujuh unit helikopter NBell 412 versi militer di mana dua unit sudah bertugas untuk TNI AD dan satu lainnya oleh TNI AL.

    Juga, kerjasama jangka panjang untuk membangun pusat unggul bidang pertahanan dan dirgantara bersama NSI (Nusantara Secom Interface) dan Dessault Systems Perancis, kontrak pembelian tiga unit CN235 oleh TNI AL, CN235 MPA yang telah diserahterimakan kepada TNI AU dan penyerahan CN235-220 AT VIP ke Senegal Air Force, kerjasama dengan Iberia Maintenance Spanyol dalam bidang perawatan, pemeliharaan dan operasi serta pekerjaan-pekerjaan komponen pesanan Boeing untuk B777 and B787.

    Last but not least, langkah besar sampai puluhan tahun ke depan ini berpijak pada fondasi-fondasi yang dibangun PTDI berupa program pesawat temput supercanggih masa depan yang sementara ini dinamai KF-X. Pesawat ini berkelas jauh di atas F-16 bahkan Sukhoi-30.

    Selain itu mengirimkan personil-personil dan kader ke Korea Selatan, mendirikan pusat rancang bangun KF-X di Bandung yang berhubungan instan dengan gedung pusat KF-X di Daejon, Korea Selatan.

    Semoga ini menunjukkan PTDI mampu membuktikan sebagai salah satu industri strategis yang benar-benar andalan bangsa, khususnya dalam penyediaan alut sista dirgantara.

    Semua upaya ini tercepai berkat perhatian dan dukungan penuh pemerintah, kerja keras dan dedikasi ikhlas seluruh jajaran PTDI.

    Sumber : ANALISA DAILY
    Readmore --> Kisah Jatuh Bangun PT DI Selama 36 Tahun

    Wednesday, August 1, 2012 | 9:26 AM | 0 Comments

    Wamenhan Resmikan Pembuatan Tiga Kapal Perang

    Jakarta – Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) RI Sjafrie Sjamsoeddin didampingi Irjen Kemhan Laksdya TNI Sumartono, dan Wakasal Laksdya TNI Marsetyo serta sejumlah Pejabat Mabes TNI dan Angkatan, Selasa (31/7), meresmikan pembangunan tiga kapal perang di Galangan Kapal PT. Dok dan Perkapalan (DKB) Kodja Bahari, di Jakarta, yang ditandai dengan peletakan lunas (keel laying) pembangunan satu unit kapal perang jenis Bantu Cair Minyak (BCM) serta pemotongan baja pertama (first steel cutting) untuk pembangunan dua unit kapal jenis Landing Ship Tank (LST).

    Dalam sambutannya, Wamenhan mengatakan, Peristiwa peresmian ini merupakan bukti satu langkah maju dari peran PT Dok Kodja Bahari dalam membangkitkan industri pertahanan, sekaligus menjadi peran pemerintah sesuai dengan apa yang telah dicanangkan oleh Presiden RI untuk memodernisasi alutsista TNI. Terlebih, produk yang dihasilkan akan menjadi bahan laporan Bapak Presiden kepada rakyat Indonesia pada 5 Oktober 2014 di Surabaya.

    Karenanya, kata Wamenhan lebih lanjut, PT Dok Kodja Bahari masih ada 2 episode tantangan lagi yang harus dimenangkan oleh PT Dok Kodja Bahari yaitu, masalah kualitas dan ketepatan waktu penyelesaian pembangunan kapal. Sedangkan ke depan, Wamenhan berharap PT Dok Kodja Bahari juga harus mampu berbicara tidak hanya pada skala nasional saja, tetapi juga pada tingkat regional. Dan untuk mewujudkan upaya tersebut, sedang dipikirkan wacana mengadakan joy sea trip bagi tamu-tamu dari negara luar pada event Indonesian Defence mendatang, sebagai bagian memperkenalkan kepada negara-negara luar tentang industri perkapalan khususnya yang berada di Jakarta, untuk menopang kebangkitan industri pertahanan. Mengingat, hal tersebut dapat menjadi cermin serta Indonesia dikenal dengan kebangkitan industri dan tidak mengenal krisis ekonomi global.

    Sementara itu, Dirut PT Dok Kodja Bahari Riry Syeried Jetta dalam laporan kesiapan penyelesaian pembangunan kapal – kapal tersebut menyampaikan, bahwa kapal jenis BCM yang berukuran panjang 122,40 meter, lebar 16,50 meter, memiliki kecepatan maksimal 18 knots dan berkapasitas bahan minyak cair sebanyak 5500 m3 akan selesai pembangunannya dan diserahkan pada Bulan Desember 2013. Pola pembangunan kapal tersebut menggunakan Multiyard Single Construction Methode dengan sistem Integrated Hull Construction Outfitting & Painting, yakni dilaksanakan di tiga galangan di Jakarta yang dilakukan secara paralel serta pengerjaan konstruksi bangunan kapal sudah mencapai 550 ton dari total 1.770 ton. Sedangkan untuk kapal LST berukuran panjang 117 meter, lebar 16,40 meter dengan kecepatan maksimal 16 knots, diproyeksikan dapat mengangkut tank tidak hanya jenis BMP 3F tetapi juga untuk tank sekaliber Leopard.

    Sumber : DMC
    Readmore --> Wamenhan Resmikan Pembuatan Tiga Kapal Perang

    Kemhan : Usia 18 Tahun Keatas Siap-siap Ikut Wajib Militer

    Jakarta - Warga negara Indonesia laki-laki berusia 18 tahun ke atas akan terkena wajib militer bila Rancangan Undang-Undang Komponen Cadangan, yang sudah masuk dalam Program Legislasi Nasional (prolegnas) 2012 disahkan.

    Juru bicara Kementerian Pertahanan, Brig. Jend. Hartind Asrin mengatakan pada RUU ini diperkirakan akan selesai dibahas dalam tahun depan.

    Dalam pertahanan negara, lanjutnya, Tentara Nasional Indonesia adalah komponen utama, sementara masyarakat sipil berusia 18 tahun ke atas adalah komponen cadangan.

    “Semua negara punya komponen cadangan. Biayanya rendah karena dilatih selama sebulan dan selama dilatih gaji dari pekerjaan yang ditinggalkan akan dibayar negara. Ini bukan militerisme tapi pelatihan nasionalisme,” ujar Hartind hari ini Selasa (31/7).

    “Kegunaannya adalah sebagai standby force yang bisa dipanggil setiap saat,” tambahnya.

    Hartind juga mengatakan bahwa Malaysia dan Singapura merupakan contoh negara-negara yang mempunyai komponen cadangan, bahkan ada negara yang juga mewajibkan warga negara perempuan 18 tahun ke atas untuk masuk sebagai komponen cadangan.

    Pelatihan untuk komponen cadangan ini akan diatur di setiap komando daerah militer (kodam) di Indonesia yang akan mendata dan mengorganisir komponen cadangan ini.

    Ia menambahkan bahwa RUU Komponen Cadangan yang merupakan inisiatif pemerintah ini merupakan mandat dari Undang-Undang Dasar 45 pasal 30, yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan syarat –syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.

    Selain RUU Komponen Cadangan, Hartind mengatakan bahwa RUU lain yang akan masuk prolegnas 2013 adalah RUU Bela Negara, sementara yang diprioritaskan selesai tahun ini adalah RUU Industri Pertahanan.

    "Setelah reses ini, yang akan dipercepat pembahasannya adalah RUU Industri Pertahanan. Inti dari RUU ini adalah semangat untuk menjaga dan menghidupkan industri pertahanan dalam negeri dan aturan-aturan untuk produksi alat pertahanan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh TNI sebagai pengguna," ujarnya.

    Sumber : WARTANEWS
    Readmore --> Kemhan : Usia 18 Tahun Keatas Siap-siap Ikut Wajib Militer

    Ranpur "Anoa" Diinspeksi Oleh Tim COE UNIFIL

    Naqoura - Komandan Satgas Indo FPC (Force Protection Company) XXVI D-2/UNIFIL, Mayor Inf Wimoko, didampingi seluruh staf Satgas menerima kedatangan Tim COE (Contingent Owned Equipment) dalam rangka Periodic Inspection yang dipimpin Mr Henry di Markas Indo FPC Sudirman Camp Naqoura Lebanon Selatan, Selasa (31/7/2012). Inspeksi berlangsung sejak pukul 09.00 dan berakhir pada pukul 15.00, oleh tim yang beranggotakan sepuluh orang Staf UNIFIL baik militer maupun sipil yang bertugas melaksanakan pemeriksaan kesiapan material dan perlengkapan yang dimiliki Satgas Indo FPC.

    Menurut Mr Henry, sasaran pemeriksaan ini meliputi Major Equipment dan Self-Sustaiment yang bertujuan mengetahui kesiapan operasional Satgas yang tergabung dalam misi UNIFIL, khususnya Satgas Indo FPC yang berada di Lebanon Selatan, dan juga untuk memastikan perlengkapan yang dimiliki harus sesuai dengan MOU yang telah dibuat antara UNIFIL dan pemerintah Indonesia.

    Pemeriksaan ini dikenal dengan nama Periodic Inspection, yang dilakukan setiap tiga bulan sekali. Pemeriksaan kali ini merupakan yang kedua kali dilaksanakan bagi Satgas Indo FPC XXVI D-2/UNIFIL selama menjalankan misi pedamaian di Lebanon Selatan.

    Dalam kegiatan tersebut, Perwira Seksi Logistik Indo FPC XXVI D-2, Kapten Kav I Nyoman Artawan, yang bertanggung jawab terhadap kesiapan material Satgas mengatakan, pemeriksaan rutin setiap tiga bulan terhadap kondisi material Satgas dimaksudkan untuk mengetahui sedini mungkin kondisi materiil dan alat perlengkapan yang dimiliki Satgas. Dengan demikian, semuanya selalu dalam keadaan siap operasi dan sesuai dengan MOU yang telah dibuat.

    Kendaraan tempur "Anoa", merupakan kendaraan tempur produksi PT PINDAD–Indonesia yang baru datang dari Indonesia, mendapat kesempatan pertama inspeksi dari tim COE UNIFIL. Inspeksi ini meliputi sistem komunikasi, persenjataan, alpal pendukungnya hingga kemampuan laju ranpur. Dari hasil inspeksi ranpur, Anoa dinyatakan memenuhi standar yang telah ditentukan UNIFIL. Keberadaan APC Anoa di UNIFIL menggantikan ranpur sejenisnya yaitu APC VAB NG buatan Perancis.

    Dari hasil pemeriksaan tersebut, Tim COE menyimpulkan bahwa secara keseluruhan Satgas Indo FPC XXVI D-2/UNIFIL memenuhi standar kesiapan material COE yang ditentukan oleh PBB. Namun demikian, kesiapan ini harus selalu dipelihara dalam kondisi apapun, baik saat inspeksi maupun tidak. Demikian pesan Komandan Satgas Indo FPC kepada seluruh personel yang terlibat dalam inspeksi Tim COE UNIFIL kali ini.

    Sumber : KOMPAS
    Readmore --> Ranpur "Anoa" Diinspeksi Oleh Tim COE UNIFIL

    Tuesday, July 31, 2012 | 5:02 PM | 0 Comments

    English News : Pindad Will Begin Production Armored Fighting Vehicle in 2014

    Bureau - If procurement of main battle tanks (MBTs) in NATO and certain other countries is any indication, the era of MBTs being the bulwark of land forces may be over. Tanks seem to be losing the strategic advantage to UAVs, and force projection advantage to lighter and more agile armoured vehicles.

    A study by defenseworld.net has revealed that Germany, France, U.K., and the U.S., have not issued RFPs for new MBTs in the past few years. Instead, highly mobile infantry combat vehicles (IFVs) and All Terrain Vehicles (ATVs) seem to be the flavor of the season.

    Used and refurbished MBTs seem to be finding new homes in developing countries. Recently, the Czech Army announced plans to sell 134 T-72 MBTs to an unnamed African country. Earlier, the Czech Republic had sold an unspecified number of T-72s to Algeria. Taking a cue from their NATO neighbors’, the Czech army seems keen on light armored vehicles with higher mobility over the T-72 which can be bogged down in urban environments and are sitting ducks for armed UAVs and other air launched weapons in open fields.

    However, some developing countries too seem to be having second thoughts about MBTs. Indonesia which is in the line to purchase 100 used German Leopold tanks has had opposition from Indonesian lawmakers who have voiced that the 62-ton German-built tank is unsuited for the far-flung archipelago with two land borders and an under-developed network of roads and bridges which would be major obstacles to their effective deployment.

    IFV manufacturers meanwhile are being flooded with orders. Oshkosh Corporation recently won an order for its mine-resistant, ambush-protected all-terrain vehicles (M-ATVs) from the UAE. Since 2009 Oshkosh has received orders for more than 9,500 M-ATVs. Oshkosh Navistar International Corp. has also pursued contracts with foreign armies interested in upgrading their tactical-truck fleets.

    Defense market research organization, Forecast International expects the market for IFVs to be worth more than $19.7 billion, through 2021.

    As part of its modernization program, the United Arab Emirates (UAE) Army has issued an international request for proposals (RFP) for 600, 8x8 wheeled combat vehicles. Prospective contenders include BAE Systems Land Systems South Africa's RG41, the ARTEC Boxer (Germany), the FNSS Savunma Sistemleri Pars (Turkey), the General Dynamics European Land Systems Piranha 5.

    South Africa is planning to procure a new IFV called Project Hoefyster. BAE Systems has offered the RG41 stating that it was more modern and cheaper than the locally-customised version of the Patria AMV currently slated for production as the “Badger”.

    Johan Steyn, director Land Systems SA managing director said “Technology has evolved significantly in the years since Project Hoefyster was first launched".

    “It makes sense then to look at newer solutions such as RG41 now available, which largely meet the technical requirements and could provide cost savings and broader economic benefits for the country".

    China too has switched over to light armed vehicles in many applications where tanks were earlier used. China’s Type 90 armored personnel carrier (APC) and Type 90 mechanized infantry combat vehicle (MICV) represent a new generation of IFVs the country will increasingly use.

    Russia was in talks with French manufacturer Panhard on the purchase of 5001-ton light armored vehicles for its border guards. Russia is scaling down the production of its T-90 tanks for its own forces though it offers a modernized version for export.

    India, which has considerable inventory of Russian T-72 and T-90 tanks, has launched its Future Infantry Combat Vehicle (FICV) project. The objective is to have a highly mobile, lightweight and a lethal vehicle which can match a tank in firepower.

    The Indonesian government owned manufacturing company Pindad said it will begin production of an armored fighting vehicle in 2014.

    Source : Defenseworld.net
    Readmore --> English News : Pindad Will Begin Production Armored Fighting Vehicle in 2014

    ITS : Dengan Nano Komposit, Kapal Perang Lama Bisa Menjadi Stealth

    Surabaya - Teknologi siluman, yang memungkinkan kapal perang tak terdeteksi radar musuh, menjadi salah satu keunggulan penting bagi sistem pertahanan di negara maju. Hanya saja, untuk menciptakan teknologi canggih seperti ini membutuhkan anggaran besar. Tak mengherankan jika teknologi semacam ini seperti menjadi monopoli negara maju.

    Benarkah teknologi seperti itu tak bisa dimiliki oleh Indonesia? Jawaban atas pertanyaan inilah yang ingin dipecahkan oleh Mochammad Zainuri, dosen Fisika Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, melalui risetnya sejak 2009 lalu.

    Menurut dia, teknologi siluman sebenarnya bisa dikembangkan dengan dua cara. Pertama, membuat kapal dengan struktur dan desain yang tidak bisa dilacak dengan radar. Artinya, saat terkena radar, bagian dari kapal tersebut akan memantulkannya ke arah lain sehingga membuatnya tak terdeteksi. "Untuk membuat kapal sendiri dengan desain dan struktur canggih, butuh biaya sangat besar. Ini tidak mungkin saya lakukan," kata dia saat ditemui Tempo di rumahnya di Waru, Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu 29 Juli 2012. Ia menyadari anggaran untuk alat utama sistem persenjataan Indonesia sangat terbatas.

    Kedua, mengembangkan teknologi "kapal siluman" dengan menyulap kapal-kapal bekas yang dilapisi material nano komposit sehingga bisa menyerap gelombang radar. Konsep inilah yang sedang ditelitinya sejak tiga tahun lalu hingga kini. Pria 48 tahun ini terus mengembangkan teknologi siluman dengan mengembangkan material nano komposit, pelapis yang mampu menyerap gelombang radar.

    Material untuk nano komposit itu diambil dari bahan-bahan alam pasir besi di Pantai Bambang Lumajang, Jawa Timur. Pertimbangannya, pasir di wilayah ternyata mempunyai sifat veromagnetik (pasir besi). Untuk bisa menjadi bahan nano komposit, pasir besi ini terlebih dahulu dipisahkan, diekstraksi, dan direkayasa. Hasilnya lantas digabung dengan partikel listrik yang berbahan dasar PANi (ponianeline) dalam orde nano dan diikat sehingga bisa dilapiskan dalam bahan logam.

    Kenapa dalam ukuran orde nano? Kata Zainuri, semakin kecil ukuran partikel maka akan memperluas permukaan spesifik, sehingga kemampuan menyerap radar semakin besar.

    Setelah diuji coba, kata Zainuri, logam yang telah dilapisi dengan material ini tidak bisa dilacak radar jarak jauh microwafe dengan gelombang 8-12 GHz. Radar jarak jauh jenis ini biasanya digunakan untuk mendeteksi keberadaan kapal. Hasilnya, gelombang radar yang dikirim oleh alat deteksi tidak bisa terpantul kembali alias terserap atau (terabsorsi) oleh material tersebut hingga 99 persen.

    Zainuri menambahkan, prinsip kerja radar adalah mengirim gelombang ke kapal tersebut. Biasanya kapal selalu memantulkan kembali gelombang yang dikirim tersebut, sehingga membuat keberadaannya terbaca di alat pemantau radar. "Jika diberi pelapis logam ini, maka kapal-kapal perang kita tidak akan terdeteksi oleh gelombang radar meski sebelumnya adalah kapal-kapal bekas yang selalu bisa terdeteksi oleh gelombang radar," ujarnya.

    Ia mengungkapkan, ketertarikannya untuk menggunakan pasir besi pesisir pantai Lumajang menjadi bahan dasar pelapis logam anti radar berawal dari karena keterlibatannya dalam survey yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Jawa Timur. Ia diminta untuk meneliti bahan-bahan alternatif yang terkandung pada pasir pantai tersebut.

    Saat itu kata dia, banyak kontraktor perumahan yang langsung datang dan membeli pasir di wilayah setempat. Harga pasirnya juga lebih lebih mahal dari yang lain. "Saya diminta meneliti apa kelebihannya.Dan setelah saya teliti ternyata pasir setempat mempunyai sifat veromagnetik (pasir yang mengandung besi)," kata pria kelahiran Surabaya, 30 Januari 1964 ini.

    Usai melakukan survey itulah muncul ide untuk berkontribusi terhadap ketahanan alutsista Indonesia. Ide semacam ini juga terpicu oleh tantangan Profesor Sirait, promotor Strata III-nya di Universitas Indonesia. "Lue bisa apa untuk bantu pertahanan keamanan Indonesia ?" kata Zainuri, menirukan ucapan promotornya. Zainuri adalah lulusan Strata 3 Metalurgi dan Material Universitas Indonesia tahun 2008. Strata 2-nya juga dari kampus yang sama. Sedangkan Strata 1-nya dari ITS.

    Setelah itu, ia terus berfikir untuk meneliti sesuatu dan memanfaatkan ilmunya. "Awalnya ingin melakukan riset menciptakan peluru ramah lingkungan sehingga selongsongnya tidak terbuang sia-sia. Namun akhirnya menawarkan untuk mengembangkan teknologi anti radar," ujar dia. Dengan bantuan dana dari Departemen Riset dan Teknologi, ia kemudian mengembangkan riset teknologi siluman ini.

    Sumber : TEMPO
    Readmore --> ITS : Dengan Nano Komposit, Kapal Perang Lama Bisa Menjadi Stealth

    TNI AU : Selain Simulasi Di Australia, Pilot Akan Segera Memiliki Flight Simulator Sukhoi

    Makassar - Pesawat tempur terbaik Indonesia kini sedang tampil setiap hari di atas langit Australia. Ya, sebuah Sukhoi Su-27 dan Su-30 teranyar milik Skadron 11 Lanud Hasanuddin Makassar ikut terlibat dalam latihan udara terbesar Australia 2012 bertajuk "Pitch Black".

    Kepala Penerangan Koopsau II, Letkol Sus. Andi Arman mengatakan, keiikutsertaan empat Sukhoi milik Lanud Hasanuddin ini karena mendapat kehormatan diundang untuk mengirimkan pesawatnya dalam berbagai manuver di negara tersebut.

    Ikut serta dalam rombongan itu sebagai peninjau Panglima Koopsau II Marsekal Muda TNI Agus Supriatna. Direncanakan pesawat sukhoi itu akan kembali hingga 13 Agustus mendatang. “Sebab, Pitch Black ini merupakan even bergengsi di Australia,” terang Andi Arman yang dihubungi malam tadi.

    Terpisah, Kadispen AU Marsma Azman Yunus di Jakarta kemarin mengatakan, Pitch Black juga diikuti oleh armada udara Negara sahabat Australia lainnya misalnya, Amertika Serikat, Selandia Baru, Singapura, Thailand dan Prancis.

    Pemberangkatan satu pesawat tempur Sukhoi didukung 55 kru dan teknisi. Kru diangkut dengan dua pesawat angkut Hercules C-130 dari Skuadron Udara 31 Halim Perdanakusuma dan satu Hercules C-130 dari Skuadron Udara 32 Lanud Abdulrachman Saleh Malang. Dalam latihan Pitch Black, masing-masing peserta akan dibagi menjadi dua armada. Mereka berlatih offensive counter air combat atau peperangan udara tangkal cepat. Dua tim akan dibagi menjadi kelompok merah dan kelompok biru. Merah akan menyerang dan biru berusaha melakukan kontra serangan di atas udara dengan kecepatan super . "Sukhoi kita baru pertama ini ikut latihan skala internasional dengan pesawat-pesawat tempur lain," katanya.

    Selain mengikuti latihan bersama dengan negara lain, TNI AU kini sedang bersiap menerima enam Sukhoi baru dari Rusia. "Secara bertahap idealnya akan ada 16 pesawat, kita sudah punya 10 di Makassar," kata Azman.

    Pilot-pilot Indonesia juga segera memiliki flight simulator Sukhoi yang akan menghemat biaya latihan hingga ratusan juta. "Kita juga diundang angkatan Udara Republik Rakyat China untuk mengirim pilot Sukhoi berlatih di sana," katanya.

    Sumber : Fajar Online
    Readmore --> TNI AU : Selain Simulasi Di Australia, Pilot Akan Segera Memiliki Flight Simulator Sukhoi

    Monday, July 30, 2012 | 4:58 PM | 1 Comments

    Menhan Dan Panglima TNI Diundang Memperingati Hari Pembentukan Tentara Pembebasan Rakyat China

    Singapura - Kedutaan Besar Tiongkok di Indonesia dan Kedutaan Besar Tiongkok di Singapura secara terpisah menggelar resepsi peringatan 85 tahun pembentukan Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok.

    Menteri Pertahanan Indonesia Jenderal Purnomo Yusgiantoro dan Laksamana TNI Agus Soehartono telah mengirim surat ucapan selamat. Resepsi dihadiri 400 undangan, termasuk pejabat tinggi pemerintah dan angkatan bersenjata termasuk Ketua MPR Taufik Kiemas, serta utusan diplomatik berbagai negara di Jakarta, kalangan industri dan perdagangan Indonesia, serta kalangan perusahaan Tiongkok di Indonesia.

    Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia, Liu Jianchao dalam sambutannya mengatakan, melalui upaya bersama, hubungan kedua negara terus mengalami perkembangan yang memuaskan pada beberapa tahun terakhir. Hubungan militer sebagai bagian penting hubungan kedua negara terus ditingkatkan. Tiongkok ingin meningkatkan komunikasi dan kerja sama militer dengan semua negara di dunia termasuk Indonesia, demi menciptakan iklim keamanan internasional yang damai, stabil, sederajat, saling percaya, dan kooperatif.

    Atase militer Tiongkok dari Kedutaan Besar Tiongkok di Singapura, Yu Haipo dalam sambutannya dalam resepsi peringatan Hari Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok memuji perkembangan pesat yang dicapai dalam hubungan militer kedua negara. Ia mengatakan, badan pertahanan dan lapisan tingkat tinggi angkatan bersenjata kedua negara telah memelihara kontak erat. Dialog kebijakan pertahanan kedua negara berlangsung lancar. Kedua negara juga telah mengadakan kerja sama yang memuaskan di bidang akademi militer, pelatihan personel, latihan bersama, kunjungan timbal balik kapal perang, dan bidang-bidang lain.

    Sumber : CRI
    Readmore --> Menhan Dan Panglima TNI Diundang Memperingati Hari Pembentukan Tentara Pembebasan Rakyat China

    KSAU : Kekuatan Dirgantara Jadi Tulang Punggung

    Yogyakarta - Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Imam Sufaat menyatakan kekuatan dirgantara menjadi tulang punggung pembangunan nasional, karena sekarang ini terjadi pergeseran karakter ancaman yakni perang modern yang mengandalkan teknologi.

    "AU sangat berperan dalam perang modern karena perang modern bentuknya mengandalkan teknologi tinggi. Karenanya TNI AU membuat perencanaan pengadaan alutsista sesuai MEF yakni dengan mengisinya dengan pesawat-pesawat terbaik dan radar yang berkualitas canggih," demikian dikatakan KSAU pada upacara peringatan HUT ke-65 Hari Bakti TNI AU di Yogyakarta, Minggu (29/7).

    Disampaikan KSAU bahwa pembangunan kekuatan udara didukung teknologi alat utama sistem senjata (alutsista) canggih harus tetap menjadi prioritas tanpa menabrak kebijakan kekuatan pokok minimum (minimum essential force/MEF).

    Lebih lanjut, katanya, kekuatan dirgantara sebagai bagian pertahanan negara banyak memengaruhi aspek kepentingan nasional di kancah global. Itu artinya, menurut KSAU, pengelolaan kedirgantaraan nasional harus dilakukan dengan baik sebagai bagian dari komponen kekuatan nasional di bidang pertahanan militer.

    "Kekuatan dirgantara kita harus dapat membantu upaya komponen kekuatan negara lainnya seperti diplomasi, ekonomi, dan informasi untuk menghadapi berbagai tantangan dan ancaman dalam membela kepentingan nasional di kancah global antar negara," ujar KSAU. Dia menyebut, untuk pesawat tempur sekarang ini teknologi tercanggih ada pada pesawat F-22 Raptors milik Amerika Serikat. Pesawat ini memiliki kemampuan untuk tidak terlacak radar (stealth). Pesawat dengan kemampuan yang tak jauh beda adalah F-35 yang digunakan beberapa negara sekutu Amerika Serikat.

    "Kita belum ke sana, tapi untuk pesawat antiradar ini kita sekarang sedang membuatnya bekerja sama dengan Korea Selatan, yaitu KFX/IFX. Itu pesawat generasi 4,5," beber Imam.

    Terkait realisasi program MEF tersebut, pada 28 Agustus mendatang akan tiba di tanah air empat unit pesawat tempur ringan Super Tucano. Empat unit lainnya akan menyusul dalam kurun tiga bulan setelahnya. Pesawat ini akan berhome base di Sakdron Udara 21 Lanud Abdulrachman Saleh, menggantikan pesawat OV-10F/Bronco.

    Namun, Imam tak mengesampingkam membangun sebuah angkatan udara yang kuat, diperlukan SDM yang handal. "Juga didukung sumber dana atau anggaran yang tidak sedikit dan pengetahuan akan teknologi tinggi dan modernisasi," sebutnya.

    Saat ini, aspek personel dan anggaran serta kebutuhan akan penguasaan teknologi tinggi masih menjadi tatangan tersendiri dalam membangun kekuatan kedirgantaraan, khususnya TNI Angkatan Udara. Tantangan tersebut, kata KSAU, harus dapat dijawab oleh jajaran TNI AU ke depan.

    Lebih lanjut dia menuturkan, TNI AU berharap pa-da realisasi kebijakan MEF melalui rencana strategis lima tahunan. "MEF merupakan jawaban tepat dalam memenuhi kebutuhan modernisasi TNI AU. Melalui pelaksanaannya kita berharap TNI AU yang modernisasi setahap demi setahap mampu kita wujudkan," terang Imam.

    Sumber : Suara Karya
    Readmore --> KSAU : Kekuatan Dirgantara Jadi Tulang Punggung

    Komisi I : Indonesia Dan China Akan Bangun Industri Rudal

    Jakarta - Indonesia telah bekerjasama dengan Republik Rakyat China (RRC) dalam bidang militer. Kerjasama ini nanti bisa berlanjut hingga membangun peralatan perang seperti rudal.

    Hal itu diakui oleh Wakil Ketua Komisi I TB Hasanuddin. Kerjasama tersebut kini sudah berjalan. "Secara diplomasi Indonesia Menhan Indonesia dengan Menhan China sudah sepakat untuk latihan-latihan dan meningkatkan kerjasama militer," kata politisi PDI Perjuangan ini.

    Ia menjelaskan kerjasama tersebut sudah berlangsung sejak beberapa pekan lalu. Hanya saja, untuk latihan perang bersama belum dilakukan. Akan tetapi, keinginan untuk latihan perang bersama memang ada. "Beberapa minggu lala misalnya diadakan latihan teknis, menembak bersama, menggunakan senjata bersama. Taktis dulu baru latihan perang," terang purnawirawan TNI ini.

    Kerjasama ini juga diakuinya dalam bentuk persenjataan rudal. Modelnya, kapal perang dibuat oleh Indonesia. Sementara, peralatan perangnya yaitu rudal masih dibuat di RRC.

    Namun, lanjutnya, keinginan ke depannya adalah rudal juga akan dibuat di Indonesia. Dan itu kerjasama militer yang diharapkan. "Dalam kerjasama non teknis, dalam pembangunan program-program pembangunan produksi alutista. Setiap pembelian senjatan diadakan transfer of teknologi (ToT), seperti membeli rudal. Ke depan akan dilanjutkan pembuatan di Indonesia," jelasnya.

    Untuk sumber dana, di awal ini masih menggunakan dana alokasi alutsista yang sudah dianggarkan. Indonesia masih membeli peralatan dari China. Namun, diupayakan untuk diproduksi bersama dan dijual atas nama Indonesia dan China. "Ini merupakan bagian kebutuhan aliutista TNI, sehingga hasilnya dibeli oleh TNI. Bisa jadi pada suatu saat dijual bersama-sama," ucapnya.

    Sumber : WASPADA
    Readmore --> Komisi I : Indonesia Dan China Akan Bangun Industri Rudal

     

    Pengikut

    Copyright © 2010 - All right reserved | Template design by ADMIN | Published by MAJU INDONESIA KU
    Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome and opera.